Teknik Dasar
Pengolahan Bahan Makanan
Dasar
dalam pengolahan bahan makanan perlu mengetahui prinsip-prinsip memasak yang
lazim digunakan, yaitu:
1. Radiasi. Bahan makanan yang akan dimasak langsung
terkena sumber api yang dipakai seperti arang.
2. Konduksi. Sumber panas melalui konduktor atau bahan
penghantar panas melalui sebuah alat. Dengan demikian, bahan makanan menerima
panas dari alat tersebut selama proses pengolahan.
3. Konveksi. Dengan menggunakan alat, maka bahan
makanan memperoleh panas dari udara panas yang berputar pada ruang di dalam
alat yang tertutup rapat.
Teknik
Pengolahan Bahan Makanan/Teknik Pemasakan
Teknik
pengolahan makanan umumnya dilakukan dengan pemberian panas pada bahan makanan
dari sumber panas dengan berbagai cara agar bahan makanan menjadi matang dan
memiliki nilai cerna yang tinggi untuk dapat dimakan.
Teknik Memasak
Panas Kering
1.
Roasting and baking. Keduanya merupakan istilah
yang digunakan untuk cara membuat dengan teknik panas kering dengan menggunakan
media udara panas melalui alat berupa oven. Roasting
biasanya menggunakan panas dengan memanfaatkan lemak atau minyak. Caranya,
bahan dibumbui dan ditempatkan dalam loyang. Tambahkan sedikit lemak. Biasanya
bahan yang digunakan adalah sumber protein hewani dengan memberi tambahan bahan
sayuran misalnya wortel, bawang putih, dsb di sekeliling bahan daging tersebut
dan dapat dituangi sedikit cairan seperti anggur atau kaldu. Masak terus dengan
mengurangi panas sampai 200oC. Cairan yang dihasilkan pada roasting dapat dibuat menjadi saus (gravy). Sebaliknya, baking biasanya
menggunakan panas pada alat tanpa menggunakan media minyak atau air makanan
sehingga permukaannya menjadi garing dan identik untuk bahan makanan berbahan
dasar tepung seperti roti, kue, atau pai.
2.
Grilling, yaitu proses memasak bahan makanan yang secara
langsung menggunakan panas api yang tinggi. Prinsip pengolahan grilling adalah radiasi yaitu panas
langsung dari sumber panas ke bahan makanan. Istilah grilling banyak dikenal di Eropa, sedangkan di Amerika istilah ini
lebih dikenal dengan broilling. Alat
yang digunakan pada teknik ini disebut griller dan dilengkapi dengan jeruji
kawat. Jeruji ini berfungsi sebagai penahan bahan makanan yang sedang
dimasak/dipanggang. Selain itu, jeruji ini juga berfungsi untuk membuat bentuk
jeruji pada makanan yang matang atau gosong. Bagian yang gosong inilah yang
menjadi ciri khas makanan yang diolah dengan cara grilling. Jika jeruji kawat diganti dengan lempengan besi yang
rata, alat tersebut disebut griddle. kebanyakan sumber panas yang digunakan
adalah arang karena aroma yang terbentuk menambah kelezatan hidangan tersebut.
Umumnya alat grilling dilumuri minyak
dan dipanaskan atau bahan dapat dilumuri dengan minyak bumbu-bumbu terlebih
dahulu sedangkan alat cukup dipanaskan. Potongan daging yang digunakan
sebaiknya tidak telalu tebal, hal ini untuk mencegah bagian tengah daging tidak
matang.
3.
Smoking, yaitu cara membuat dan mengawetkan makanan melalui
panas dari asap sehingga memecah protein bahan makanan. Selama proses pemasakan
dapat menggunakan bumbu dan minyak dengan cara mengoles dan mengeringkan dengan
asap yang terbentuk dari bahan bakar kayu atau arang.
4.
Casserole, berasal dari bahasa Perancis casse yang berarti “pinggan”. Pada dasarnya, teknik ini sama dengan
teknik braising, yaitu menggunakan
bahan makanan yang berukuran besar dengan air yang sedikit di dalam pinggan
besar yang memiliki tutup dan menggunakan panas dari oven, sehingga teknik ini
sering disebut juga Pot roasting. Umumnya makanan dengan teknik ini disajikan
langsung bersama pinggan tersebut.
Teknik Memasak
Panas Basah
1.
Poaching, yaitu cara membuat bahan makanan dalam cairan
dengan api kecil dengan jumlah cairan yang tidak terlalu banyak atau hanya
sebatas menutupi bahan makanan yang dimasak. Poaching pada dasarnya sama dengan boiling (merebus), tetapi cairan yang digunakan tidak dipanaskan
sampai mendidih. Dalam teknik poaching
ini, air direbus di bawah titik didih (92-96oC) dan direbus secara
perlahan dengan api yang kecil. Bahan makanan yang direbus dengan cara ini
adalah bahan makanan yang lunak serta tidak memerlukan waktu yang cukup lama
dalam memasaknya, seperti telur, ikan, dan buah-buahan. Cairan yang digunakan
bergantung pada jenis masakan yang akan dibuat. Cairan tersebut dapat berupa
kaldu, air yang diberi asam cuka, susu, dll.
2.
Simmering, yaitu memasak dalam air dengan api kecil
bertemperatur 85oC-95oC dalam waktu yang lama. Pada
teknik memasak ini, bahan makanan harus tertutup cairan secara keseluruhan.
Cara membuat ini ditujukan untuk menyerap sari makanan atau zat-zat gizi selama
proses pengolahan. Oleh sebab itu, digunakan api kecil (berwarna biru) agar
tidak banyak cairan yang menguap dan menghilangkan zat gizi pada bahan. Contoh
masakan yang mengguakan teknik ini adalah Arsik Ikan Mas, masakan khas Sumatera
Utara yaitu dengan menggunakan kuali besar untuk memasak 1kg ikan.
3.
Boilling, yaitu memasak bahan makanan dalam air yang bersuhu
100oC (mis merebus ubi, telur, singkong, jagung, kentang, daging untuk
merendam, pindang tulang, asam padeh, dll). Cara membuat bahan makanan dengan
teknik boilling berbeda-beda sesuai
dengan sifat bahan makanan. untuk sayuran tipis seperti kubis, sawi, bayam, dan
kangkung, sebaiknya direbus setelah air mendidih (100oC) dan waktu
perebusan tidak terlalu lama. Untuk umbi-umbian atau bahan makanan yang keras
lainnya dapat direbus sebelum air mendidih sampai air cukup lama agar bahan
menjadi empuk. Pada pembuatan sup, daging sapi direbus cukup lama sampai
mengeluarkan ekstrak menjadi kaldu dan daging dapat dipakai untuk menu lain,
seperti sambal goreng daging, sedangkan kaldu dapat digunakan untuk sup
sayuran. Ketika memasak dengan teknik boilling sebaiknya alat ditutup tidak
terlalu rapat untuk menghindari air keluar dari alat dan mengurangi zat gizi
yang hilang akibat perebusan.
4.
Blanching, yaitu teknik merebus cepat atau memasak bahan
makanan dalam air yang bersuhu 100oC dalam waktu 3-4 menit, kemudian
mengangkat dan menyiramkan bahan makanan tersebut dengan air dingin untuk menghentikan
proses pemanasan. Tujuan blanching
adalah membuang kotoran pada bahan makanan, membersihkan atau membuang kulit
bagian luar (mis membuang kulit tomat yang tipis), memasak setengah matang,
atau melindungi lapisan luar dari bahan makanan. Bahan yang biasa dimasak
dengan teknik ini antara lain tauge untuk bahan soto, atau tahu untuk tumis
oncom, dan sayuran seperti tomat atau buncis.
5.
Steaming atau mengukus, yaitu memasak bahan makanan
menggunakan uap air mendidih dengan alat kukus (catle steam) yang dapat terbuat dari bambu, rotan, aluminium,
stainless steel, dll. Bahan makanan diletakkan di atas steamer yang berlubang-lubang. Dengan uap air mendidih melalui
lubang-lubang tersebut maka bahan makanan dapat matang dengan sempurna.
6.
Stewing atau menggulai, yaitu memasak bahan makanan yang
telah dipotong menjadi berukuran kecil terlebih dahulu dengan sedikit cairan,
dapat berupa kaldu, air, atau cairan lain. Cara membuat dengan menggulai sudah
sangat dikenal di Indonesia, dengan berbagai bahan dasar daging gulai menjadi
ciri budaya dari suku-suku di Indonesia seperti Sumatera, Kalimantan, dan
Sulawesi. Karena bahan dasar berbeda, waktu pemasakan berbeda juga, terutama
untuk daging sapi, kambing, bebek, dan ayam, sedangkan Gulai Kepala Kakap yang
sangat terkenal di Sumatera Barat tidak memerlukan waktu yang lama untuk dapat
disantap
7.
Braising, yaitu teknik yang hampir sama dengan stewing,
tetapi dengan bahan makanan yang berukuran lebih besar, sedangkan air yang
digunakan lebih sedikit, yaitu cukup untuk merendam sebagian bahan makanan yang
dimasak. Biasanya bahan makanan yang digunakan dipanggang atau digoreng
terlebih dahulu.
8.
Steeping, yaitu mematangkan bahan makanan dengan merendam di
dalam air mendidih tanpa panas dari api. Cara ini tepat sekali untuk melunakkan
atau mematangkan bihun kering atau mi kering. Setelah beberapa saat bahan
berada di dalam panci yang berisi air mendidih, bahan makanan akan melunak dan
dapat ditiriskan setelah beberapa saat (+2 menit) hingga dingin dengan
sendirinya (self cooling down).
9.
Bain marie, yaitu memasak bahan makanan dalam tempat yang
diletakkan dalam air panas, tetapi tidak mendidih. Alat yang dipakai untuk ini
adalah double boiller atau
menggunakan dua panci berbeda ukuran. Salah satu panci memiliki ukuran yang
lebih kecil dan diletakkan di dalam panci yang berukuran lebih besar. Panci
yang berukuran besar digunakan untuk merebus air hingga mendidih, sedangkan
panci kecil yang diletakkan di dalamnya digunakan untuk meletakkan atau memasak
bahan makanan. Biasanya teknik ini digunakan untuk membuat saus atau krim agar
hasilnya tidak pecah atau terurai serta untuk membuat nasi tim atau melelehkan
cokelat dn mentega.
10. Karamelisasi,
yaitu pengolahan gula pasir dengan cara boilling
hingga air perebusan berkurang dan mengental. Warna cairan gula berubah dari
putih menjadi kecoklatan. Jika proses dilanjutkan, sebaiknya api yang digunakan
simmering karena warna cairan akan
lebih pekat dan rasa akan menjadi pahit. Biasanya digunakan untuk membuat Caramel Pudding atau sebagai pemberi
warna untuk sup khas Eropa.
11. Pressure cooking, yaitu memasak bahan makanan dengan menggunakan
panci tekan dengan sistem temperatur dan tekanan tinggi yang dapat mengurangi
lama pemasakan. Keuntungan memasak dengan cara ini adalah mempertahankan zat
gizi pada makanan. Pemakaian teknik ini harus memperhatikan instruksi yang ada.
Terutama ketika membuka tutup alat, sebaiknya ditunggu sampai temperature
menurun.
Sedangkan cara
membuat dengan teknik panas basah yang menggunakan media minyak antara lain:
1.
Deep Frying (menggoreng dengan minyak banyak), yaitu menggoreng
hingga bahan makanan terendam di dalam minyak yang banyak. Alat penggorengan
(kuali) sering kali dipakai dalam teknik ini. Minyak yang digunakan bergantung
pada jenis bahan makanan dan sebaiknya digunakan minyak yang baru. Api yang
dipakai berukuran besar dan sebaiknya digunakan preheating (memanaskan minyak terlebih dahulu) agar waktu
pengolahan tidak terlalu lama. Jika warna bahan makanan yang digoreng telah
berwarna kuning kecoklatan (golden colour),
angkat dan tiriskan, lalu letakkan ke atas nampan yang telah dialasi dengan
kertas pengisap minyak.
2.
Sauteing (menumis), yaitu menggoreng dengan sedikit minyak.
Waktu yang dibutuhkan untuk sautéing
tidak lama. Umumnya untuk mematangkan bumbu iris terutama bawang merah dan bawang
putih hingga berubah warna menjadi kecoklatan sebelum bahan makanan utama
dimasukkan. Bahan makanan utama dapat berupa aneka daging, sayuran, atau
kacang-kacangan. dengan pertambahan sedikit air, sautéing akan menghasilkan saus (gravy) atau endapan (dripping).
Dripping terutama dihasilkan dari
bahan protein hewani yang ditumis. Potongan yang tepat untuk aneka daging pada
teknik sautéing ini adalah slice agar cepat matang. Bumbu iris
dapat ditumis menggunakan minyak lain seperti margarin atau mentega dengan
tujuan menambah zat gizi, aroma yang harum, dan warna yang cerah. Setelah
menggunakan sautéing, dapat
dilanjutkan dengan cara brising dan roasting.
3.
Shallow Frying, yaitu teknik memasak bahan makanan dengan menggunakan
sedikit minyak di dalam wajan datar. Bahan makanan yang dimasak dengan shallow frying harus dalam ukuran kecil,
diiris tipis atau dipotong kecil-kecil agar proses pemasakan lebih cepat dan
bahan makanan tidak berubah warna karena terlalu lama dimasak. Teknik ini
hampir sama dengan sautéing, tetapi
perbedaan yang jelas adalah pada sautéing
makanan akan dibalik berkali-kali, sedangkan pada shallow frying makanan biasanya hanya dibalik satu kali. Contoh
masakan yang menggunakan teknik ini adalah Sirloin
Steak.
4.
Pan Frying (menumis dengan alat khusus), hampir sama dengan sautéing yaitu menggunakan sedikit
minyak untuk mematangkan bahan makanan, hanya perbedaannya dengan menggunakan
alat berupa pan atau lempengan ceper,
seperti pada pengolahan martabak telor atau pan
teflon untuk martabak manis. Selama proses pemasakan, bahan makanan sering
dibolak-balik agar hasilnya merata dan tidak gosong. Penggunaan api adalah dari
besar hingga kecil ketika bahan makanan hampir matang. Sebelum pemasakan, pan teflon dipanaskan terlebih dahulu +
5 menit agar warna makanan lebih baik.
Hal lain yang
harus diperhatikan dalam teknik memasak menggunakan media minyak adalah sifat
bahan makanan itu sendiri dan minyak yang dipakai. Ada beberapa jenis minyak
yang dipakai, antara lain:
1.
Minyak kelapa.
Ada yang berasal dari olahan pabrik dengan beberapa kali proses penyaringan
pada proses pembuatannya sehingga diperoleh minyak goreng yang jernih, tidak
berbau tengik, dan rasa yang tidak getir. Selain itu, ada yang berasal dari
kelapa sawit yang sama dengan minyak kelapa.
2.
Minyak jagung.
Banyak dipakai untuk orang yang sedang berdiet karena minyak ini bersifat
non-kolesterol, sama halnya dengan minyak sayur (salad oil) yang sering dipakai untuk orang berdiet karena minyak
ini terbuat dari bahan sayuran yang rendah lemak.
3.
Olive oil, beens
oil, dan sesame oil. Pada dasarnya adalah minyak nabati karena terbuat
dari buah zaitun, kacang, dan biji-bijian (mis wijen). Karena itu, minyak jenis
ini baik untuk kesehatan tubuh terutama organ jantung.
Selain itu, hal yang
perlu diperhatikan dalam memasak menggunakan media minyak adalah kualitas
minyak yang digunakan. Hasil gorengan bahan makanan dapat membuat minyak
menjadi keruh (kotor) sehingga perlu disaring dengan alat khusus untuk
pemakaian selanjutnya. Batas pemakaian minyak yang telah dipakai untuk
menggoreng dapat dilihat dari perubahan warna minyak yang semakin menghitam
(minyak bekas). Dengan demikian, minyak bekas harus dibuang agar tidak dipakai
kembali. Bahan yang digoreng menggunakan coating
seperti tepung roti, (bread crumb),
tepung goreng crispy, atau tepung
sebagai bahan pelapis, seringkali membuat minyak menjadi kotor. Demikian juga
akibat kesalahan membungkus pada masakan tertentu seperti risoles, dapat
membuat minyak menjadi kotor. Oleh sebab itu, minyak yang telah digunakan perlu
disaring menggunakan kawat kasa agar dapat diapakai kembali.
Teknik Memasak
dengn Media Lain
Cara mengolah
bahan makanan lain adalah memasak dengan sistem radiasi panas melalui perantara
inframerah, yaitu memasak dengan menggunakan sinar lampu inframerah tanpa
menggunakan lemak dan air. Selain itu, terdapat cara mengolah bahan makanan
dengan gelombang mikro (microwave).
Gelombang mikro yang digunakan sebenarnya adalah gelombang radio, tetapi dengan
gelombang yang lebih kecil daripada gelombang radio biasa. Gelombang radio ini
termasuk ultra-short (sangat pendek)
sehingga disebut mikro. Cara ini merupakan cara membuat yang sangat canggih,
bersifat high touch, dan dijalankan
dengan listrik, yaitu bekerja melalui gelombang yang dihasilkan oleh tenaga
listrik dan masuk ke dalam bahan makanan tanpa memberi efek panas pada ruangan
atau tempat yang dipakai. makanan akan menjadi matang karena terjadi gesekan
antar molekul yang ada di dalam makanan oleh gelombang mikro tersebut sehingga
makanan menjadi panas dan matang. Gelombang tidak dapat diserap oleh bahan
logam, tetapi dapat diserap oleh bahan porselen, gelas, kramik, dll. Cara
membuat ini lebih cepat dengan menghasilkan aroma makanan yang lebih baik dan
makanan terlihat lebih segar serta menarik. Akan tetapi, alat ini sebaiknya
digunakan sebagai pemanas, bukan pemasak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar