BAB
I
PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang
Dalam
mengatasi masalah gizi kurang, telah banyak dilakukan program, proyek dan
kebijakan yang menunjukkan usaha perbaikan gizi secara jelas. Di samping itu
juga dilaksanakan program yang dimasukkan ke dalam kebijakan pertanian dan
pembangunan wilayah. Program intervensi gizi secara efektif, langsung dapat
menurunkan defisiensi gizi dalam jangka
waktu pendek, tetapi hal ini membutuhkan biaya yang sangat mahal dan program
tidak bertahan sepanjang waktu. Sedangkan untuk jangka waktu panjang perlu
dicari modelnya.
Kebijakan pertanian dan pembangunan wilayah dapat
memberi keuntungan yang bermakna untuk perbaikan gizi dalam waktu panjang.
Untuk merealisasikan ini dengan baik, masalah gizi harus dipertimbangkan dalam
desain proyek dan kebijakan. Sehingga efek positif gizi bisa mendatangkan
keuntungan dan sebaliknya efek negatif bisa jadi tidak akan terlihat nyata.
2.
Rumusan
Masalah
1.
Aktivitas
pertanian penuanjang gizi
2.
Faktor
yanng mempengarui ketersediaan pangan
3.
Hubungan
pertanian, pangan dan gizi
4.
Integrasi
Gizi ke dalam pelayanan kesehatan dan petanian
3.
Tujuan
Penulisan
1.
Mengetahui
dan memahami apasaja aktivitas pertanian penunjang gizi
2.
Mengetahui
faktor-faktor yang memengaruhi ketersediaan pangan
3.
Mengeahui
hubungan antara pertanian, pangan dan gizi
4.
Memahami
Integrasi gizi ke dalam pelayanan kesehatan dan pertanian
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Aktivitas Pertanian Penunjang Gizi
Seperti
diketahui sekktor pertanian memberi sumbangan 1/3-1/2 pendapatan nasional di
negara-negara yang sedang berkembang. Produktivitas ini memberi pengaruh
terhadap pendapatan dan kesempatan kerja di bidang pertanian dan pembangunan
daerah, yang sangat penting untuk perbaikan gizi. Sejak Program pertanian dan
pembangunan masyarakat desa dikembangkan unsur gizi diberbagai program dapat
diterapkan dan cara yang efisien dalam memperbaiki status gizi terhadap
penduduk yang lebih luas, dengan berbagai kegiatan.
a.
Beberapa
aktivitas gizi di sektor pertanian, antara lain:
1.
Mengumpulkan
data pangan dan situasi gizi yang meliputi; persediaan pangan secara nasional
dan refional, konsumsi pangan menurut kelas ekonoi penduduk, dan klasifikasi
berdasarkan fungsi grup penduduk yang menderita gizi salah
2.
Memberi
petunjuk perencanaan di tingkat nasional dan sektoral, sektor produksi,
impor.eksport, distribusi, harga, subsidi, yang dapat memperbaiki situasi
pangan dan gizi.
3.
Memberi
nasihat/inisiatiff dalam bidang teknologi pangan, dan industri (termasuk
pengawetan dan pengolahan pangan)
4.
Membantu
(perncanaan) pengabdian masyarakat, pelaksanaan dan evaluasi dari penerapan
gizi.
5.
Memberi
latihan-latihan gizi terhadap mereka yang bekerja di sektor pertanian, ekonomi,
dan lain-lain.
6.
Membantu
perencanaan pengembangan pertanian dari sektor gizi.
7.
Menyiapkan
kepemimpinan di dalam perencanaan gizi untuk sektor pertanian.
8.
Mengintegrasikan
gizi dalam pertanian dan pembangunan daerah terutama menganalisis pengaruhnya
terhadap konsumsi pangan dan status gizi penduduk pada tingkat rawan gizi.
9.
Berpartisipasi/kerjasama
dengan berbagai bidang (kesehatan, Pemda, Ekonomi, Sosial, dan Lembaga-lembaga
lain), yang terintegrasi.
2.2. Faktor yang Mempengaruhi
Ketersediaan Pangan
- Beralihnya petani yang menanam tanaman pangan ke
tanaman perdagangan
- Laju pertumbuhan penduduk yang tidak seimbang
dengan laju peningkatan produksi pangan
- Beralihnya fungsi lahan pertanian menjadi tempat
pemukiman
- Factor alam, seperti bencana dan serangan
organisme pengganggu tanaman
Persoalan baru tentang kekurangan pangan adalah
berupa kecenderungan petani di Negara-negara bukan industri beralih ke tanaman
perdagangan padahal penduduk terus bertambah. Petani yang khusus
memproduksi bahan pangan spt beras, ubi jalar lebih banyak dijual daripada
dikonsumsi untuk keluarga sendiri.
Banyak
petani yang tidak memiliki cukup lahan untuk mengusahakan pangan dalam jumlah
yang cukup untuk kebutuhan konsumsi rumah tangga. Selain itu juga tidak punya
banyak uang untuk membeli bahan makanan. Pertambahan penduduk tidak
sebanding dengan pertambahan produksi bahan pangan. Manajemen stok beras
yang buruk dan pemerintah
tidak memiliki grand strategi
Pertambahan
penduduk akan berakibat pada ketersediaan sumber daya dan kelestarian
lingkungan, ketersediaan pangan, kesehatan masyarakat, kesempatan memeperoleh
pendidikan dan kesempatan mendapat kerja. Pertumbuhan penduduk yang tinggi meningkatkan kompetisi
pemanfaatan lahan pertanian yang subur
Perkembangan
perkotaan yang demikian pesat menyebabkan lahan-lahan pertanian yang ada
disekitarnya digunakan untuk pembangunan pusat-pusat perkantoran, pemukiman dan
pusat pembelanjaan. Akibatnya lahan pertanian akan semakin sempit sedangkan
pembukaan lahan pertanian yang baru banyak mendapat kendala.
2.3. Hubungan Pertanian, Pangan dan Gizi
Pertanian berpengaruh terutama
terhadap gizi melalui produksi pangan untuk keperluan rumah tangga. Kinerja
produksi pangan akan mempengaruhi pangan yang tersedia di masyarakat. Jika
pangan diproduksi dalam jumlah dan ragam yang cukup kemudian bahan pangan tadi
tersedia ditingkat masyarakat dan kalau keluarga memiliki cukup uang untuk membeli
keperluan pangan yang tidak ditanam ditempatnya, maka masyarakat tidak akan
banyak terjadi kurang gizi. Bila pangan cukup tersedia maka orang akan
cenderung mengkonsumsi makanan yang sehat.
a.
Produksi Bahan Pangan
Penyediaan pangan merupakan kegiatan
pertama menuju ke arah konsumsi pangan. Tidak mungkin kita mengkonsumsi sesuatu
makanan yang tidak tersedia.
Penyediaan
pangan yang paling penting ialah produksi dalam negeri. Hampir tidak ada
sesuatu negara yang menggantungkan penyediaan pangan bagi rakyatnya melulu dari
hasil impor. Karena itu, kebijaksanaan pemerintah dalam bidang produksi pangan
akan sangat menentukan kemakmuran masyarakat di bidang pangan tersebut.
Di
Indonesia, kebijaksanaan pemerintah mengarahkan dan membina para petani,
memproduksi jenis dan banyaknya bahan makanan, terutama bahan makanan pokok
yang diperlukan, misalnya dilakukan rangsangan-rangsangan untuk memproduksi
padi jenis tertentu atau bahan pangan lainnya yang ditentukan melalui
Kementrian Pertanian.
Binaan
produksi pangan di Indonesia dilakukan melalui program intensifikasi. Program
ini dilancarkan di daerah yang telah terdapat sawah yang biasa memproduksi
bahan makanan pokok padi, atau bahan pangan lainnya. Pada dasarnya ada dua
kelompok upaya intensifikasi produksi pangan, yaitu yang disebut Bimbingan
Massal (BIMAS) dan Intensifikasi Massal (Inmas).
Pada program
BIMAS, produksi diarahkan dengan suatu paket upaya yang disebut Panca Usaha
Tani, yang terdiri atas:
(a)
Pemakaian bibit unggul
(b)
Penggunaan pupuk
(c)
Pemakaian irigasi teknis
(d)
Penggunaan alat dan obat pembasmi
hama, dan
(e)
Penerapan teknologi bercocok tanam
modern.
Kelima butir
Panca Usaha Tani ini disediakan oleh pemerintah sebagai pinjaman kepada para
petani yang mempunyai lahan pertanian, terutama sawah, tetapi kemudian juga sawah tadah hujan. Pinjaman tersebut harus
dilunasi kemudian, setelah panen. Telah diperhitungkan bahwa dengan menerapkan
panca usaha tani, hasil produksi akan meningkat dan peningkata tersebut akan
cukup untuk pemakaian sendiri, pembeyaran hutang BIMAS dan kelebihan keuntungan
daripada hasil yang biasa dicapai.
b.
Pasca
Panen
Yang
disebut pasca panen ialah segala upaya untuk menyiapkan hasil produksi
pertaniaan setelah dipanen. Macam upaya ini tergantung dari jenis bahan pangan
hasil panen tersebut, diantaranya:
(a)
Pengeringan
(b)
Pengangkutan
(transport)
(c)
Penyimpanan,
dan
(d)
Seleksi
dan conditioning, bagi keperluan perdagangan pangan.
Tujuan utama upaya pasca panen ialah untuk
menyiapkan hasil panen agar tahan disimpan jangka panjang tanpa mengalam
kerusakan terlalu banyak dan dapat dipasarkan dalam kondisi baik, tidak banyak
yang terpaksa terbuang karena rusak. Penanganan pasca panen bahan makanan dan
hasil panen lainnya di Indonesia belum mencapai taraf yang diinginkan. Setiap
tahun masih terlalu banyak bahan makanan hasil panen yang terbuang mubazir
karena rusak dalam penyimpanan atau tercecer ketika diangkut (transport).
(a)
Pengeringan
Pada
waktu dipanen, biasanya kadar air hasil panen masih cukup tinggi, yang
memungkinkan berlangsungnya berbagai proses kerusakan. Hasil panen tersebut
merupakan bagian tanaman yang masih hidup sel-selnya, jadi masih melangsungkan
berbagai reaksi metabolik. Pada kadar air yang rendah, proses-proses metabolik
ini menurun, bahkan dapat berhenti atau diabaikan. Pada keadaan cukup kering,
tidak terjadi proses autodestruksi (autolysis).
Hama dapat menghiggapi hasil panen, terutama pada
saat ditimbun di gudang. Untuk pertumbuuhan dan pengembangbiakan hama tersebut
diperllukan kadar air yang cukup tinggi. Hama ini dapat berbentuk mikroba
(fungi dan bakteri), serangga dan binatang lain sepereti tikus, burung, dan
lain-lain. Terutama mikroba dan serangga merupakan hama utama bahan makanan
yang ditimbun untuk jangka waktu cukup lama, dan kedua jenis hama ini
memerlukan air dalam makanannya.
(b)
Transport
Bahan Makanan
Ketika
ditransport, sejumlah bahan makanan akan mudah tercecer hilang, dan tidak
dimanfaatkan untuk konsumsi. Berbagai jenis bahan makanan memerlukan cara
transport tertentu, ada bahan makanan yang ditransport secara curah (bulk), ada
yang dikemas (dalam dos, karung, kaleng dan sebagainya). Pengemasan yanng tidak
memenuhi syarat,akan meningkatkan kerusakan dan penghamburan (waste) bahan
makanan. Cara transport juga harus yang cukup murah, agar bahan pangan tidak
terlalu mahal sampai kepada konsumen, sehingga tidak terjangkau oleh daya
belinya.
(c)
Penyimpnan
Cara
penyimpanan bahan makanan harus memenuhi syarat-syarat tertentu, terutama bagi
bahan makanan yang musah rusak (perishable food), seperti bahan pangan hewani.
Telah dikemukakan bahwa biji-bijian harus disimpan dalam kondisi cukup kering.
Gudang harus mempunyai kontruksi bebas hama, terutama binatang mengerat seperti
tikus, cukup ventilasi dan dijaga kebersihannya. Letak barang di dalam gudang
harus teratur dan memudahkan lalulintas untuk dapat memindahkan tumpukan barang
dengan mudah dan lancar. Berbagai jenis bahan
makanan di dalam gudang jangan bercamour baur, dan sebaiknya jangan
bahan makanan disimpan di dalam satu gudang yang sama dengan bahan-bahan
beracun, seperti innsektisida.
(d)
Seleksi
dan Kondisioning
Penangan
bahan makanan dalam bentuk seleksi dan konsioning diperlukan bila dipeuntukkan
ekspor. Baha makanan yang diproduksi oleh para petani kecil mempunyai kualitas
yang berbeda-beda dan jumlahnya kecil-kecil. Untuk ekspor hasil produksi
berbagai petani ini harus dikumpulkan dan digabungkan menjadi jumlah besar.
Disini kualitaas campuran akan menyebabkan kualitas seluruh partai barang
ekspor menjadi rendah, jadi seleksi bahan-bahan yang sama kualitasnya
disatukan, perlu dikerjakan agar mencapai tingkat kualitas ekspor yang tinggi
dan memnuhi permintaan para pembeli.
2.4. Integrasi Gizi ke dalam Pelayanan
Kesehatan dan Pertanian
Bidang
pertanian mempunyai peranann di dalam meningkatkan persediaan pangan. Tidak
hanya pada tingkat nasional tetapi juga pada tingkat keluarga. Di negara
berkembang peningkatan persediaan pangan bisa dicapai dengan peningkatan
produksi tanaman pangan dalam bentuk haasil to per hektar, melalui teknik
perubahan budidaya ke arah yang lebih efisien. Sepeerti penggunaan irigasi,
varietas unggul, pupuk, alat-alat pertanian modern dan perbaikan konservasi
tanah. Namun demikian penggunaan teknologi modern dapat menimbukan dampak
negatif yang akan menurunkan kemampuan ekonomi para petani itu sendiri,
khususnya para petani gurem dna buruh tani. Dan kedua golongan petani itu jusru
merupakan golongan terbesar pada negara-negara yang sedang berkembang. Meskipun
ternyata tidak selalu ada hubungan antara peningkatan produksi tersebut akan
meningkatkan pula penyediaan kalori dan protein perkapita. Oleh karena itu
perubahan teknologi guna peningkatan produksi pertanian memerlukan perencanaan
yang matang dan berbagai pertimbangan gizi yang potensial.
Kemudian, perubahan teknologi pertanian
diharapkan dapt meningkatkan aspek persediaan pangan dan gizi di tingkat
nasional, regional maupun pada tingkat keluarga dan ini tentu akan meningkatkan
konsumsi. Peningkatan produksi secara tidak langsung diharapkan dapat
meningkatkan persediaan pangan keluarga dan individuu sehingga dapat meningkatkan
konsumsi pangan dan gizi.
a.
Pengembangan
Pertanian dengan Sasaran Gizi
Memasukkan pertimbangan gizi dalam perumusan
nkebijakan pertanian adalah penting di dalam strategi pembangunan nasioal.
Maslah gizi kurang merupakan unsur pokok yang harus dipakai meningkatkan
kebijakan pertanian, yang memungkinkan peningkatan hasil pertanian melalui
perbaikan teknologi. Perbaikan teknologi
yang dimaksud meliputi penggunaan irigasi, pemakaian varietas unggul, pupuk,
peralatan pertanian modern serta perbaikan teknik budidaya. Ada tiga hal yang
penting perlu diperhatikan bila perubahan teknik akan dilakukan guuna
peningkatan produksi dengan sasaran gizi.
1)
Perlu
segera ada peninjauan kembali penetapan kebutuhan pangan yang didasarkan atas
kebutuhan gizi penduduk.
2)
Bagaimana
cara agar kemajuan teknologi pertanian pangan dapat benar-benar bermanfaat bagi
petani miskin.
3)
Perlu
diperhatikan bagaimana proses pengambilan keputusan terjadi, agar tujuan
perbaikan gizi benar-benar terkait dalam perencanaan pembangunan pertanian.
Ada bebrapa pertanyaan yang dapat menjadi kunci
dalam penetapan pola intervensi gizi.
Apakah mekanisme melalui teknologi pertanian dapat
memberikan pengaruh terhadap perubahan harga, pendapatan dan konsumsi gizi?
Pertambahan hasil pertanian mungkin dapat meningkatkan
konsumsi pangan kelompok kelompok gizi kurang, sebagai hasil dari meningkatkan
pendapatan. Mata rantai harga, pendapatan dan peningkatan produksi. Namun
demikian perubahan teknologi dalam pertanian sering dinikmati oleh sekelompok petani
kaya yang sebenarnya tidak membutuhkan intervensi gizi. Karena merekalah yang
punya kemampuan dan keberanian untuk menanggung resiko dalam ppenggunaan
inovasi baru. Dengan kenyataan ini maka pengambilan kebijakan pertanian
haruslah mencerminkan peranan terhadap produksi tanaman pangan. Bagaimana cara
perubahan teknologi pertanian tersebut dapat diarahkan pengaruhnya terhadap
golongan berpendapatan rendah lebih banyak daripada terhadap golongan kaya.
Bagaimana hasil pertanian dapat ditingkatkan dengan
harga pangan lebih rendah.
Peningkatan hasil pertanian mungkinn akan langsung
berpengaruh terhadap penurunan harga pangan. Namun ini akan sangat tergantung
pada kebijakan pemerintah dalam import-eksport serta dalam menentukan harga.
Selain itu ditentukan pula oleh sarana transportasi dan pasar yang ada di suatu
daerah.
Kapan menambah persediaan pangan agar harga lebih
rendah dan apa penggaruhnya pada konsumen miskin?
Keadaan ekonomi yang meningkat sebagai akibat
prosuksi pangan yang berhasil akan menurunkan harga pangan yang ditawarkan yang
berpengaruh penting terhadap tingkat konsumsi golongan sasaran. Kegiatan
pemilihan, kombinasi tanaman pangan dan subsidi harga akan memberi pengaruh
yang besar terhadap konsumsi, karena faktor:
(a)
Persaingan
antara golongan berpendapatan rendah dengan golongan berpengahasilan tinggi di
pasar
(b)
Biaya
produksi pangan, dan
(c)
Jenis
pangan lain yang tersedia sebagai sumber gizi pengganti.
Kekuatan bersaing antara kedua golongan mempunyai
elastisitas harga yang tinggi terhadap permintaan. Dengan demikian konsumsi
perkapita akan menumpuk pada komoditi yang produksinya mengalami peningkatan.
Akibatnya, harga yang semula mulali turun akan naik lagi. Bagi golongan
berpenghasilan rendah hal ini akan sangat merugikan karena harga komoditi lain
yang tidak mengalami kenaikkan akan teap tinggi sehingga penggantian makanan
memerukan biaya relatif tinggi sehingga penggantian makanan memerlukan biaya
relatif besar. Oleh karena kemampuan bersaing di pasar sebagian besar
tergantung pada komoditi spesifik, maka penmabaha suplai komoditi spesifik akan
meningkatkan konsumsi gizi yang paling besar.
Bagaimana teknoologi baru dapat meningkatkan
kesempatan kerja dan pendapatan dari target grup (golongan penderita gizi
kurang)?
Teknologi pertanian baru dapat mempunyai pengeruh
langsung terhadap perbaikan gizi apabila sebagian besar sasaan kurang gizi
terdapat dalam keluarga yang mengusahakan tanah pertanian. Namn dalam banyak kasus, bagian terbesar dari penderita
kurang gizi justru bukan sebagai anggota kelularga petani pemilik penggarap,
tetapi keluarga petani kecil dan buruh tani. Untuk keadaan ini penggunaan
teknologi baru justru diragukan, karena pengunaan teknologi pertanian harus
dapat menjamin peningkatan kesempatan kerja, sehingga peningkatan produksi
betul-beul dapat dinikmati oleh para buruh tani yang selanjutnya dapat mencapai
sasaran gizi.
Bagaimana biaya dan efektifitas gizi? Tugas uuntuk
menghitung biaya intervensi pangan menjadi masalah tersendiri, seperti setiap
intervensi nilai pasar dan semua sarancipta program diidentifikasi. Lalu
menentukan biaya bayangan dengan data tentang harga bayangan yang dapat
diperoleh dari Badan Perencanaan Pembangunan atau BPS misalnya, melangkapi
diskusi yang mendeteil tentang metode yang tepatguna, keuntungan gizi dapat
diukur melalui survei konsumsi dan status gizi. Inovasi pertanian dapat
manghasilkan keuntungan lain dalam rangaka perbaikan gizi seperti: pertukaran
generasi, pengembangan daerah dan penerimaan masyarakat. Reulinger dan Selowsky
mengingatkan bahwa subsidi langsung dan ditargetkan merupakan suatu cara yang
lebih efektif untuk mencapai tujuan gizi. Pertentangan akan terjadi, antara
investasi modal yang dibutuhkan untuk pertimbangan pertanian dan subsidi
pangan.
b.
Dampak
Penbangunan Pertanian
Pembangunan
pertnan mempunyai dampak positif terhadap perbaikan gizi dan bisa juga
mempunyai dampak negatif. Jika pada tahap awal perencaan pembangunan pertanian,
kriteria gizi sudah dimasukkan,maka pembangunan pertanian berkorelasi positif
dengan dengan perbaikan gizi, misalnya karena penanaman penganekaragaman
tanaman pangan dan ddiikuti dengan penyuluhan tentang gizi kepada masyarakat
untuk mengkonsumsi pangan yang bergizi. Adanya pembangunan mungkin tidak
langsung dapat memperbaiki masalah kurang gizi, walaupun pembangunan pertanian
tersebut berhasil, hal ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan penduduk
tentang izi, hasil produksi yang tinggi itu dijual untuk menghasilkan uang, dan
uang diperoleh dialokasikan lebih banyak pada konsumsi nonpangan. Sedangkan
untuk pangan menjadi kurang, bahkan ada kecenderungan memilih bahan pangan atau
makanan yang berkukalitas gizi lebih rendah, demi mencukupi rassa lapar (makan
asal kenyang). Hal ini akan menimbulkan masaah gizi, oleh karena itu penyuluhan
gizi kepada para petani dan keluarganya sangat penting dilakukan.
BAB III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Peningkatan
gizi seseoranng itu tidak hanya dipengeruhi oleh tingginya produksi pertanian,
tetapi juga dipengaruhi oleh bermacam faktor yang yang berbungan dengan
kebijakan dalam pertanian.
3.2.
Saran
Kinerja produksi pangan di tingkat
pertanian akan mempengaruhi pangan yang tersedia di masyarakat. Jika pangan
diproduksi dalam jumlah dan ragam yang cukup kemudian bahan pangan tadi
tersedia ditingkat masyarakat dan kalau keluarga memiliki cukup uang untuk
membeli keperluan pangan yang tidak ditanam ditempatnya, maka masyarakat tidak
akan banyak terjadi kurang gizi
DAFTAR PUSTAKA
Achmad
D. Sediaoetama. 2010. Ilmu Gizi.
Jakarta: Dian Rakyat.
Roedjiti D. Djiteng. 1987. Sinopsis dan Suntingan Perencanaan Gizi. Jakarta: PT. Media Sarana
Press.
DRAJAT_HGN-25-FEB-2015_KETAHANAN-PANGAN.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar