Selasa, 29 November 2016

KETERSEDIAAN PANGAN

BAB I
PENDAHULUAN

1.      Latar Belakang
Dalam mengatasi masalah gizi kurang, telah banyak dilakukan program, proyek dan kebijakan yang menunjukkan usaha perbaikan gizi secara jelas. Di samping itu juga dilaksanakan program yang dimasukkan ke dalam kebijakan pertanian dan pembangunan wilayah. Program intervensi gizi secara efektif, langsung dapat menurunkan  defisiensi gizi dalam jangka waktu pendek, tetapi hal ini membutuhkan biaya yang sangat mahal dan program tidak bertahan sepanjang waktu. Sedangkan untuk jangka waktu panjang perlu dicari modelnya.
Kebijakan pertanian dan pembangunan wilayah dapat memberi keuntungan yang bermakna untuk perbaikan gizi dalam waktu panjang. Untuk merealisasikan ini dengan baik, masalah gizi harus dipertimbangkan dalam desain proyek dan kebijakan. Sehingga efek positif gizi bisa mendatangkan keuntungan dan sebaliknya efek negatif bisa jadi tidak akan terlihat nyata.  

2.      Rumusan Masalah
1.      Aktivitas pertanian penuanjang gizi
2.      Faktor yanng mempengarui ketersediaan pangan
3.      Hubungan pertanian, pangan dan gizi
4.      Integrasi Gizi ke dalam pelayanan kesehatan dan petanian

3.      Tujuan Penulisan
1.      Mengetahui dan memahami apasaja aktivitas pertanian penunjang gizi
2.      Mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi ketersediaan pangan
3.      Mengeahui hubungan antara pertanian, pangan dan gizi
4.      Memahami Integrasi gizi ke dalam pelayanan kesehatan dan pertanian


BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Aktivitas Pertanian Penunjang Gizi
Seperti diketahui sekktor pertanian memberi sumbangan 1/3-1/2 pendapatan nasional di negara-negara yang sedang berkembang. Produktivitas ini memberi pengaruh terhadap pendapatan dan kesempatan kerja di bidang pertanian dan pembangunan daerah, yang sangat penting untuk perbaikan gizi. Sejak Program pertanian dan pembangunan masyarakat desa dikembangkan unsur gizi diberbagai program dapat diterapkan dan cara yang efisien dalam memperbaiki status gizi terhadap penduduk yang lebih luas, dengan berbagai kegiatan.
a.       Beberapa aktivitas gizi di sektor pertanian, antara lain:
1.      Mengumpulkan data pangan dan situasi gizi yang meliputi; persediaan pangan secara nasional dan refional, konsumsi pangan menurut kelas ekonoi penduduk, dan klasifikasi berdasarkan fungsi grup penduduk yang menderita gizi salah
2.      Memberi petunjuk perencanaan di tingkat nasional dan sektoral, sektor produksi, impor.eksport, distribusi, harga, subsidi, yang dapat memperbaiki situasi pangan dan gizi.
3.      Memberi nasihat/inisiatiff dalam bidang teknologi pangan, dan industri (termasuk pengawetan dan pengolahan pangan)
4.      Membantu (perncanaan) pengabdian masyarakat, pelaksanaan dan evaluasi dari penerapan gizi.
5.      Memberi latihan-latihan gizi terhadap mereka yang bekerja di sektor pertanian, ekonomi, dan lain-lain.
6.      Membantu perencanaan pengembangan pertanian dari sektor gizi.
7.      Menyiapkan kepemimpinan di dalam perencanaan gizi untuk sektor pertanian.
8.      Mengintegrasikan gizi dalam pertanian dan pembangunan daerah terutama menganalisis pengaruhnya terhadap konsumsi pangan dan status gizi penduduk pada tingkat rawan gizi.
9.      Berpartisipasi/kerjasama dengan berbagai bidang (kesehatan, Pemda, Ekonomi, Sosial, dan Lembaga-lembaga lain), yang terintegrasi.


2.2. Faktor yang Mempengaruhi Ketersediaan Pangan
  • Beralihnya petani yang menanam tanaman pangan ke tanaman perdagangan
  • Laju pertumbuhan penduduk yang tidak seimbang dengan laju peningkatan produksi pangan
  • Beralihnya fungsi lahan pertanian menjadi tempat pemukiman
  • Factor alam, seperti bencana dan serangan organisme pengganggu tanaman
Persoalan baru tentang kekurangan pangan adalah berupa kecenderungan petani di Negara-negara bukan industri beralih ke tanaman perdagangan padahal penduduk terus bertambah. Petani yang khusus memproduksi bahan pangan spt beras, ubi jalar lebih banyak dijual daripada dikonsumsi untuk keluarga sendiri.
Banyak petani yang tidak memiliki cukup lahan untuk mengusahakan pangan dalam jumlah yang cukup untuk kebutuhan konsumsi rumah tangga. Selain itu juga tidak punya banyak uang untuk membeli bahan makanan. Pertambahan penduduk tidak sebanding dengan pertambahan produksi bahan pangan. Manajemen stok beras yang buruk dan pemerintah tidak memiliki grand strategi
Pertambahan penduduk akan berakibat pada ketersediaan sumber daya dan kelestarian lingkungan, ketersediaan pangan, kesehatan masyarakat, kesempatan memeperoleh pendidikan dan kesempatan mendapat kerja. Pertumbuhan penduduk yang tinggi meningkatkan kompetisi pemanfaatan lahan pertanian yang subur
Perkembangan perkotaan yang demikian pesat menyebabkan lahan-lahan pertanian yang ada disekitarnya digunakan untuk pembangunan pusat-pusat perkantoran, pemukiman dan pusat pembelanjaan. Akibatnya lahan pertanian akan semakin sempit sedangkan pembukaan lahan pertanian yang baru banyak mendapat kendala.

2.3. Hubungan Pertanian, Pangan dan Gizi
Pertanian berpengaruh terutama terhadap gizi melalui produksi pangan untuk keperluan rumah tangga. Kinerja produksi pangan akan mempengaruhi pangan yang tersedia di masyarakat. Jika pangan diproduksi dalam jumlah dan ragam yang cukup kemudian bahan pangan tadi tersedia ditingkat masyarakat dan kalau keluarga memiliki cukup uang untuk membeli keperluan pangan yang tidak ditanam ditempatnya, maka masyarakat tidak akan banyak terjadi kurang gizi. Bila pangan cukup tersedia maka orang akan cenderung mengkonsumsi makanan yang sehat.
a.       Produksi Bahan Pangan
Penyediaan pangan merupakan kegiatan pertama menuju ke arah konsumsi pangan. Tidak mungkin kita mengkonsumsi sesuatu makanan yang tidak tersedia.
Penyediaan pangan yang paling penting ialah produksi dalam negeri. Hampir tidak ada sesuatu negara yang menggantungkan penyediaan pangan bagi rakyatnya melulu dari hasil impor. Karena itu, kebijaksanaan pemerintah dalam bidang produksi pangan akan sangat menentukan kemakmuran masyarakat di bidang pangan tersebut.
Di Indonesia, kebijaksanaan pemerintah mengarahkan dan membina para petani, memproduksi jenis dan banyaknya bahan makanan, terutama bahan makanan pokok yang diperlukan, misalnya dilakukan rangsangan-rangsangan untuk memproduksi padi jenis tertentu atau bahan pangan lainnya yang ditentukan melalui Kementrian Pertanian.
Binaan produksi pangan di Indonesia dilakukan melalui program intensifikasi. Program ini dilancarkan di daerah yang telah terdapat sawah yang biasa memproduksi bahan makanan pokok padi, atau bahan pangan lainnya. Pada dasarnya ada dua kelompok upaya intensifikasi produksi pangan, yaitu yang disebut Bimbingan Massal (BIMAS) dan Intensifikasi Massal (Inmas).
Pada program BIMAS, produksi diarahkan dengan suatu paket upaya yang disebut Panca Usaha Tani, yang terdiri atas:
(a)    Pemakaian bibit unggul
(b)   Penggunaan pupuk
(c)    Pemakaian irigasi teknis
(d)   Penggunaan alat dan obat pembasmi hama, dan
(e)    Penerapan teknologi bercocok tanam modern.
Kelima butir Panca Usaha Tani ini disediakan oleh pemerintah sebagai pinjaman kepada para petani yang mempunyai lahan pertanian, terutama sawah, tetapi kemudian juga sawah tadah hujan. Pinjaman tersebut harus dilunasi kemudian, setelah panen. Telah diperhitungkan bahwa dengan menerapkan panca usaha tani, hasil produksi akan meningkat dan peningkata tersebut akan cukup untuk pemakaian sendiri, pembeyaran hutang BIMAS dan kelebihan keuntungan daripada hasil yang biasa dicapai.

b.      Pasca Panen
Yang disebut pasca panen ialah segala upaya untuk menyiapkan hasil produksi pertaniaan setelah dipanen. Macam upaya ini tergantung dari jenis bahan pangan hasil panen tersebut, diantaranya:
(a)    Pengeringan
(b)   Pengangkutan (transport)
(c)    Penyimpanan, dan
(d)   Seleksi dan conditioning, bagi keperluan perdagangan pangan.
Tujuan utama upaya pasca panen ialah untuk menyiapkan hasil panen agar tahan disimpan jangka panjang tanpa mengalam kerusakan terlalu banyak dan dapat dipasarkan dalam kondisi baik, tidak banyak yang terpaksa terbuang karena rusak. Penanganan pasca panen bahan makanan dan hasil panen lainnya di Indonesia belum mencapai taraf yang diinginkan. Setiap tahun masih terlalu banyak bahan makanan hasil panen yang terbuang mubazir karena rusak dalam penyimpanan atau tercecer ketika diangkut (transport).
(a)    Pengeringan
Pada waktu dipanen, biasanya kadar air hasil panen masih cukup tinggi, yang memungkinkan berlangsungnya berbagai proses kerusakan. Hasil panen tersebut merupakan bagian tanaman yang masih hidup sel-selnya, jadi masih melangsungkan berbagai reaksi metabolik. Pada kadar air yang rendah, proses-proses metabolik ini menurun, bahkan dapat berhenti atau diabaikan. Pada keadaan cukup kering, tidak terjadi proses autodestruksi (autolysis).
Hama dapat menghiggapi hasil panen, terutama pada saat ditimbun di gudang. Untuk pertumbuuhan dan pengembangbiakan hama tersebut diperllukan kadar air yang cukup tinggi. Hama ini dapat berbentuk mikroba (fungi dan bakteri), serangga dan binatang lain sepereti tikus, burung, dan lain-lain. Terutama mikroba dan serangga merupakan hama utama bahan makanan yang ditimbun untuk jangka waktu cukup lama, dan kedua jenis hama ini memerlukan air dalam makanannya.
(b)   Transport Bahan Makanan
Ketika ditransport, sejumlah bahan makanan akan mudah tercecer hilang, dan tidak dimanfaatkan untuk konsumsi. Berbagai jenis bahan makanan memerlukan cara transport tertentu, ada bahan makanan yang ditransport secara curah (bulk), ada yang dikemas (dalam dos, karung, kaleng dan sebagainya). Pengemasan yanng tidak memenuhi syarat,akan meningkatkan kerusakan dan penghamburan (waste) bahan makanan. Cara transport juga harus yang cukup murah, agar bahan pangan tidak terlalu mahal sampai kepada konsumen, sehingga tidak terjangkau oleh daya belinya.
(c)    Penyimpnan
Cara penyimpanan bahan makanan harus memenuhi syarat-syarat tertentu, terutama bagi bahan makanan yang musah rusak (perishable food), seperti bahan pangan hewani. Telah dikemukakan bahwa biji-bijian harus disimpan dalam kondisi cukup kering. Gudang harus mempunyai kontruksi bebas hama, terutama binatang mengerat seperti tikus, cukup ventilasi dan dijaga kebersihannya. Letak barang di dalam gudang harus teratur dan memudahkan lalulintas untuk dapat memindahkan tumpukan barang dengan mudah dan lancar. Berbagai jenis bahan  makanan di dalam gudang jangan bercamour baur, dan sebaiknya jangan bahan makanan disimpan di dalam satu gudang yang sama dengan bahan-bahan beracun, seperti innsektisida.
(d)   Seleksi dan Kondisioning
Penangan bahan makanan dalam bentuk seleksi dan konsioning diperlukan bila dipeuntukkan ekspor. Baha makanan yang diproduksi oleh para petani kecil mempunyai kualitas yang berbeda-beda dan jumlahnya kecil-kecil. Untuk ekspor hasil produksi berbagai petani ini harus dikumpulkan dan digabungkan menjadi jumlah besar. Disini kualitaas campuran akan menyebabkan kualitas seluruh partai barang ekspor menjadi rendah, jadi seleksi bahan-bahan yang sama kualitasnya disatukan, perlu dikerjakan agar mencapai tingkat kualitas ekspor yang tinggi dan memnuhi permintaan para pembeli.

2.4. Integrasi Gizi ke dalam Pelayanan Kesehatan dan Pertanian
Bidang pertanian mempunyai peranann di dalam meningkatkan persediaan pangan. Tidak hanya pada tingkat nasional tetapi juga pada tingkat keluarga. Di negara berkembang peningkatan persediaan pangan bisa dicapai dengan peningkatan produksi tanaman pangan dalam bentuk haasil to per hektar, melalui teknik perubahan budidaya ke arah yang lebih efisien. Sepeerti penggunaan irigasi, varietas unggul, pupuk, alat-alat pertanian modern dan perbaikan konservasi tanah. Namun demikian penggunaan teknologi modern dapat menimbukan dampak negatif yang akan menurunkan kemampuan ekonomi para petani itu sendiri, khususnya para petani gurem dna buruh tani. Dan kedua golongan petani itu jusru merupakan golongan terbesar pada negara-negara yang sedang berkembang. Meskipun ternyata tidak selalu ada hubungan antara peningkatan produksi tersebut akan meningkatkan pula penyediaan kalori dan protein perkapita. Oleh karena itu perubahan teknologi guna peningkatan produksi pertanian memerlukan perencanaan yang matang dan berbagai pertimbangan gizi yang potensial.
Kemudian, perubahan teknologi pertanian diharapkan dapt meningkatkan aspek persediaan pangan dan gizi di tingkat nasional, regional maupun pada tingkat keluarga dan ini tentu akan meningkatkan konsumsi. Peningkatan produksi secara tidak langsung diharapkan dapat meningkatkan persediaan pangan keluarga dan individuu sehingga dapat meningkatkan konsumsi pangan dan gizi.
a.       Pengembangan Pertanian dengan Sasaran Gizi
Memasukkan pertimbangan gizi dalam perumusan nkebijakan pertanian adalah penting di dalam strategi pembangunan nasioal. Maslah gizi kurang merupakan unsur pokok yang harus dipakai meningkatkan kebijakan pertanian, yang memungkinkan peningkatan hasil pertanian melalui perbaikan teknologi. Perbaikan  teknologi yang dimaksud meliputi penggunaan irigasi, pemakaian varietas unggul, pupuk, peralatan pertanian modern serta perbaikan teknik budidaya. Ada tiga hal yang penting perlu diperhatikan bila perubahan teknik akan dilakukan guuna peningkatan produksi dengan sasaran gizi.
1)   Perlu segera ada peninjauan kembali penetapan kebutuhan pangan yang didasarkan atas kebutuhan gizi penduduk.
2)   Bagaimana cara agar kemajuan teknologi pertanian pangan dapat benar-benar bermanfaat bagi petani miskin.
3)   Perlu diperhatikan bagaimana proses pengambilan keputusan terjadi, agar tujuan perbaikan gizi benar-benar terkait dalam perencanaan pembangunan pertanian.
Ada bebrapa pertanyaan yang dapat menjadi kunci dalam penetapan pola intervensi gizi.
Apakah mekanisme melalui teknologi pertanian dapat memberikan pengaruh terhadap perubahan harga, pendapatan dan konsumsi gizi?
Pertambahan hasil pertanian mungkin dapat meningkatkan konsumsi pangan kelompok kelompok gizi kurang, sebagai hasil dari meningkatkan pendapatan. Mata rantai harga, pendapatan dan peningkatan produksi. Namun demikian perubahan teknologi dalam pertanian sering dinikmati oleh sekelompok petani kaya yang sebenarnya tidak membutuhkan intervensi gizi. Karena merekalah yang punya kemampuan dan keberanian untuk menanggung resiko dalam ppenggunaan inovasi baru. Dengan kenyataan ini maka pengambilan kebijakan pertanian haruslah mencerminkan peranan terhadap produksi tanaman pangan. Bagaimana cara perubahan teknologi pertanian tersebut dapat diarahkan pengaruhnya terhadap golongan berpendapatan rendah lebih banyak daripada terhadap golongan kaya.
Bagaimana hasil pertanian dapat ditingkatkan dengan harga pangan lebih rendah.
Peningkatan hasil pertanian mungkinn akan langsung berpengaruh terhadap penurunan harga pangan. Namun ini akan sangat tergantung pada kebijakan pemerintah dalam import-eksport serta dalam menentukan harga. Selain itu ditentukan pula oleh sarana transportasi dan pasar yang ada di suatu daerah.
Kapan menambah persediaan pangan agar harga lebih rendah dan apa penggaruhnya pada konsumen miskin?
Keadaan ekonomi yang meningkat sebagai akibat prosuksi pangan yang berhasil akan menurunkan harga pangan yang ditawarkan yang berpengaruh penting terhadap tingkat konsumsi golongan sasaran. Kegiatan pemilihan, kombinasi tanaman pangan dan subsidi harga akan memberi pengaruh yang besar terhadap konsumsi, karena faktor:
(a)    Persaingan antara golongan berpendapatan rendah dengan golongan berpengahasilan tinggi di pasar
(b)   Biaya produksi pangan, dan
(c)    Jenis pangan lain yang tersedia sebagai sumber gizi pengganti.
Kekuatan bersaing antara kedua golongan mempunyai elastisitas harga yang tinggi terhadap permintaan. Dengan demikian konsumsi perkapita akan menumpuk pada komoditi yang produksinya mengalami peningkatan. Akibatnya, harga yang semula mulali turun akan naik lagi. Bagi golongan berpenghasilan rendah hal ini akan sangat merugikan karena harga komoditi lain yang tidak mengalami kenaikkan akan teap tinggi sehingga penggantian makanan memerukan biaya relatif tinggi sehingga penggantian makanan memerlukan biaya relatif besar. Oleh karena kemampuan bersaing di pasar sebagian besar tergantung pada komoditi spesifik, maka penmabaha suplai komoditi spesifik akan meningkatkan konsumsi gizi yang paling besar.
Bagaimana teknoologi baru dapat meningkatkan kesempatan kerja dan pendapatan dari target grup (golongan penderita gizi kurang)?
Teknologi pertanian baru dapat mempunyai pengeruh langsung terhadap perbaikan gizi apabila sebagian besar sasaan kurang gizi terdapat dalam keluarga yang mengusahakan tanah pertanian. Namn dalam  banyak kasus, bagian terbesar dari penderita kurang gizi justru bukan sebagai anggota kelularga petani pemilik penggarap, tetapi keluarga petani kecil dan buruh tani. Untuk keadaan ini penggunaan teknologi baru justru diragukan, karena pengunaan teknologi pertanian harus dapat menjamin peningkatan kesempatan kerja, sehingga peningkatan produksi betul-beul dapat dinikmati oleh para buruh tani yang selanjutnya dapat mencapai sasaran gizi.
Bagaimana biaya dan efektifitas gizi? Tugas uuntuk menghitung biaya intervensi pangan menjadi masalah tersendiri, seperti setiap intervensi nilai pasar dan semua sarancipta program diidentifikasi. Lalu menentukan biaya bayangan dengan data tentang harga bayangan yang dapat diperoleh dari Badan Perencanaan Pembangunan atau BPS misalnya, melangkapi diskusi yang mendeteil tentang metode yang tepatguna, keuntungan gizi dapat diukur melalui survei konsumsi dan status gizi. Inovasi pertanian dapat manghasilkan keuntungan lain dalam rangaka perbaikan gizi seperti: pertukaran generasi, pengembangan daerah dan penerimaan masyarakat. Reulinger dan Selowsky mengingatkan bahwa subsidi langsung dan ditargetkan merupakan suatu cara yang lebih efektif untuk mencapai tujuan gizi. Pertentangan akan terjadi, antara investasi modal yang dibutuhkan untuk pertimbangan pertanian dan subsidi pangan.

b.      Dampak Penbangunan Pertanian
Pembangunan pertnan mempunyai dampak positif terhadap perbaikan gizi dan bisa juga mempunyai dampak negatif. Jika pada tahap awal perencaan pembangunan pertanian, kriteria gizi sudah dimasukkan,maka pembangunan pertanian berkorelasi positif dengan dengan perbaikan gizi, misalnya karena penanaman penganekaragaman tanaman pangan dan ddiikuti dengan penyuluhan tentang gizi kepada masyarakat untuk mengkonsumsi pangan yang bergizi. Adanya pembangunan mungkin tidak langsung dapat memperbaiki masalah kurang gizi, walaupun pembangunan pertanian tersebut berhasil, hal ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan penduduk tentang izi, hasil produksi yang tinggi itu dijual untuk menghasilkan uang, dan uang diperoleh dialokasikan lebih banyak pada konsumsi nonpangan. Sedangkan untuk pangan menjadi kurang, bahkan ada kecenderungan memilih bahan pangan atau makanan yang berkukalitas gizi lebih rendah, demi mencukupi rassa lapar (makan asal kenyang). Hal ini akan menimbulkan masaah gizi, oleh karena itu penyuluhan gizi kepada para petani dan keluarganya sangat penting dilakukan.

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Peningkatan gizi seseoranng itu tidak hanya dipengeruhi oleh tingginya produksi pertanian, tetapi juga dipengaruhi oleh bermacam faktor yang yang berbungan dengan kebijakan dalam pertanian.

3.2. Saran
Kinerja produksi pangan di tingkat pertanian akan mempengaruhi pangan yang tersedia di masyarakat. Jika pangan diproduksi dalam jumlah dan ragam yang cukup kemudian bahan pangan tadi tersedia ditingkat masyarakat dan kalau keluarga memiliki cukup uang untuk membeli keperluan pangan yang tidak ditanam ditempatnya, maka masyarakat tidak akan banyak terjadi kurang gizi




DAFTAR PUSTAKA

Achmad D. Sediaoetama. 2010. Ilmu Gizi. Jakarta: Dian Rakyat.
Roedjiti D. Djiteng. 1987. Sinopsis dan Suntingan Perencanaan Gizi. Jakarta: PT. Media Sarana Press.
DRAJAT_HGN-25-FEB-2015_KETAHANAN-PANGAN.pdf


Tidak ada komentar:

Posting Komentar