Mata
Kuliah : Wawasan Iptek
Dosen Pengajar :
1.dr. Joy A.M. Rattu, MS, PhD, AIFO
2.dr. Budi T.Ratag, MPH
3.Harvani B. Boky, SKM, M.Kes
4.Rutler Masalamater, SKM, M.Kes
5. Hesky S.Kolibu, S.Pd, ST, MT
Penerapan
Teknologi dalam Meningkatkan Derajat
Kesehatan
Masyarakat

Kelompok 2 Kelas Gizi – Semester 5
Friska
Ch. Kowureng 14111101021
Nelva N. Linu 14111101239
Jonna Jocom 14111101120
Vanesa Iroth 14111101201
Amelya Tamuntuan 14111101288
Vriska Lelemboto 14111101054
Pingkan Rondonuwu 14111101153
Anggrelita
Regina 14111101352
Lovely
Mewengkang 14111101398
Caren
Makikama 13111101295
Indri
Tewu 121511049
Yesenia
Pangalila 13111101143
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2016
Contoh Kasus
Liputan6.com, Jakarta Jangan
heran bila masih melihat ada warga yang buang air besar di sungai, sawah, atau
selokan saat Anda berada di Desa Kokopai, Kabupaten Bolaang Mongondow Timur,
Sulawesi Utara. Segilintir orang di desa ini masih memiliki perilaku buang
air besar sembarangan (BABS).
Tak hanya di Desa Kokopai, perilaku BABS juga masih
ditemukan di beberapa area lain yang masuk dalam wilayah kerja Puskesmas
Mooat. Tak heran, tenaga kesehatan Hermansyah Mamonto fokus dalam
memberi penyuluhan pentingnya buang air besar di jamban.
Penyuluhan bahaya BABS itu penting dilakukan karena
feses di sembarang tempat bisa menjadi jembatan bagi vektor (lalat, kecoak,
tikus) menularkan penyakit. Misalnya tikus bisa membuat tifus, lalu diare dan
kecoak bisa membuat diare.
Saat mulai bekerja di Puskesmas pada Maret 2014, pria
yang akrab disapa Eca ini memberikan penyuluhan secara konvensional. Rupanya
masyarakat enggan untuk dikumpulkan lalu mendengarkan ia berbicara tentang
pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat.
"Bukannya tidak berhasil, namun progresnya
kurang. Minat masyarakat dalam mengikuti penyuluhan pun kurang," tuturnya
saat dihubungi Health-Liputan6.com pada Kamis (6/10/2016).
Tak menemukan peningkatan signifikan dalam mengubah
kebiasaan BAB sembarangan lewat cara penyuluhan konvensional, pria yang akrab
di sapa Eca ini pun memutar otak. Akhirnya ia mencoba memanfaatkan
teknologi video sebagai media penyuluhan.
Program yang
di lakukan
-
Pembuatan Video Bermodal Ponsel Pintar
Jangan bayangkan video tersebut hasil mengambil di
Youtube atau video lain, Eca merekam aktivitas masyarakat itu sendiri. Dengan
begitu masyarakat tahu secara nyata bahwa kondisi tersebut benar-benar terjadi
di wilayah mereka.
"Video tersebut bukan saya ambil dari Youtube,
tapi rekam aktivitas masyarakat itu," kata Eca.
Bermodal ponsel pintar miliknya, tanpa perekam suara
khusus dan hanya pakai komputer biasa untuk mengedit, Eca membuat video
kebiasaan BABS yang terjadi pada masyarakat.
"Ketiadaan alat-alat canggih kerap menjadi alasan
tak membuat video sebagai media penyuluhan. Harus menggunakan kamera HD-lah
atau pun komputer editing. Namun saya memilih menggunakan cara sederhana
dan tak perlu alat canggih untuk membuat video itu," kata Eca.
Dalam salah satu video misalnya,
pria lulusan Universitas Negeri Gorontalo ini merekam ibu yang diare. Lalu ia
mewawancarai mengenai makanan apa yang sebelumnya dikonsumsi, kemudian
menanyakan kondisi rumah serta keberadaan jamban di rumah. Rupanya, si ibu
tidak memiliki jamban sehingga ia BABS. Hal ini tentu saja meningkatkan potensi
angka kejadian sakit.
"Dalam video tersebut juga saya perhatikan banyak
hal, misalnya wajahnya di-blur serta suaranya diubah. Untuk menjaga
privasi orang tersebut tentu saja," kata Eca.
Penyuluh kesehatan asal Puskesmas
Mooat Kabupaten Bolaang Mongondow Timur, Sulut, Hermansyah Mamonto saat
memberikan penyuluhan.
Belum tersentuh dengan teknologi elektronik, warga pun
antusias dengan cara penyuluhan seperti ini. Mereka dengan semangat melihat
video berdurasi di bawah lima menit ini.
"Saya bisa lihat wajah mereka antusias. Lalu saat
sesi tanya jawab pun banyak pertanyaan yang mereka lontarkan," cerita pria
kelahiran 23 April 1991 ini semangat. Misalnya warga bertanya tentang, "Brur
Eca, kalau misal ke kebun lalu ingin BAB, harus bagaimana?". Lalu Eca pun
memberikan jawaban bahwa hal itu bisa menggunakan cara tradisional yakni dengan
menggali anah lalu tutup kembali. Sehingga feses tidak dihinggapi vektor dalam
hal ini lalat.
Dari sekitar 10 video yang dibuatnya, memang sebagian
besar tentang mengajak warga pentingnya BAB di jamban. Lalu ada pula beberapa
video mengenai perilaku hidup bersih dan sehat, seperti membuang sampah.
Penyuluhan
menggunakan video sudah Eca lakukan sejak Maret 2015. Satu tahun berjalan,
terdapat penurunan secara signifikan jumlah warga yang BABS. Bila sebelumnya
ada 30 persen warga yang masuk dalam Puskesmas Mooat yang BABS, kini tersisa 15
persen yang masih BABS.
"Menurut saya itu suatu hal
yang besar, karena perubahan itu tidak bisa serta merta, ya. Tidak apa-apa
pelan-pelan, yang penting ada progres," tutur pria asal Kotamobagu,
Sulawesi Utara ini.
Data ini Eca ketahui lewat bantuan kader kesehatan
yang terdapat di 10 desa yang masuk dalam wilayah Puskesmas Mooat. Setiap
bulannya, kader mengirimkan data mengenai berapa warga yang masih BABS lalu
berapa yang sudah membuat jamban maupun jamban semi permanen. "Pembuatan
jamban itu kan merupakan tanda ada keinginan berubah pada masyarakat.
Jika sebelumnya tidak peduli, namun sekarang punya jamban itu merupakan progres
untuk saya," tutur Eca senang.
Berkat usaha dan kerja keras Eca,
pria berusia 25 tahun ini menjadi satu dari 216 Tenaga Kesehatan Teladan 2016
dari Kementerian Kesehatan pada Agustus lalu. Bahkan, ia menjadi Tenaga Kesehatan
Teladan termuda.
Tapi penghargaan dari Kementerian Kesehatan tak
menghentikan langkah pria yang gemar traveling ini dalam memberikan
edukasi mengenai perilaku hidup bersih dan sehat.
"Saya ingin terus berinovasi
seusai proporsi saya. Berinovasi memutar otak untuk memberikan hal baru agar
masyarakat makin paham tentang PHBS. Sekecil apa pun bisa berbuat baik
bagi orang lain akan saya buat," pungkas Eca.
Analisis
Dalam kasus tersebut, kita dapat
melihat penerapan teknologi yang digunakan oleh Eca tenaga kesehatan di desa
tersebut yaitu hanya dengan menggunakan ponsel pintar.penggunaan ponsel pintar
merupakan media penyuluhan. Dalam penyuluhan kesehatan mengenai BABS dan
penyakit-penyakit akibat BABS warga pun sangat antusias dan semangat mengikuti
penyuluhan ini.
Hasil
yang didapat dari penyuluhan tersebut yaitu terjadi penurunan secara signifikan jumlah warga yang BABS. Dapat
dilihat juga melalui data-data dari kader puskesmas beberapa warga yang dahulu BABS sudah membuat
jamban. Dengan pembuatan jamban itu. Dengan perlahan dapat merubah peilaku
masyarakat yang makin paham mengenai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.
Sumber : http://health.liputan6.com/read/2619943/gebrakan-tenaga-kesehatan-tampan-ajak-warga-sadar-toilet
Tidak ada komentar:
Posting Komentar