A.
Faktor Penyebab Stress
Suatu
keadaan dapat menimbulkan stres pada seseorang tetapi belum tentu akan
menimbulkan hal yang sama pada orang lain. Menurut Patton (1998) bahwa
perbedaan reaksi antara individu tersebut sering disebabkan karena faktor
psikologis dan sosial yang dapat merubah dampak stresor bagi individu,
faktor-faktor tersebut antara lain :
a. Kondisi
individu seperti usia, jenis kelamin, tempramental, genetik, inteligensia,
pendidikan kebudayaan dan laion-lain
b. Ciri
kepribadian seperti introvert atau ekstrovert, tingkat emosional, kepasrahan,
kepercayaan diri dan lain-lain.
c. Sosial
kognitif seperti dukungan sosial, hubungan sosial, dengan lingkungan
sekitarnya.
d. Strategi
untuk menghadapi setiap stres yang muncul.
Kaitannya
dengan tugas-tugas dan pekerjaan ditempat kerja, faktor yang menjadi penyebab
stres kemungkinan besar lebih spesifik. Clark (1995) mengelompokan penyebab
stres ditempat kerja menjadi 3 kategori yaitu stresor fisik, psiko fisik, dan
psikologis. Selanjutnya, Cartwright (1995) memcobah memilah-milah penyebab
stres akibat kerja menjadi 6 kelompok penyebab yaitu :
a. Faktor
intrinsic pekerjaan, meliput keadaan fisik lingkungan kerja yang tidak nyaman
(bising, debu, bau, suhu, panas, dan lembab, dll), stasiun kerja yang
ergonomis, kerja shif, jam kerja yang panjang, perjalanan ke dan dari tempat
kerja yang semakin macet, karyawan berisiko tinggi dan berbahaya, pemakai
teknologi baru, pembebanan berlebih, adaptasi pada jenis pekerjaan baru dan
lain-lain.
b. Faktor
individu dalam organisasi kerja. Beban tugas yang bersifat mental dan tanggung
jawab dari suatu pekerjaan lebih memberikan stres yang tinggi dibandingkan
dengan beban kerja fisik. Dalam suatu penelitian tentang stress akibat kerja
menemukan bahwa pekerjaan yang mempunyai beban psikologi yang lebih tinggi dan
ditambah dengan keterbatasan wewenang untuk dapat mengambil keputusan mempunyai
risiko lebih tinggi serta mempunyai kecenderungan merokok yang lebih banyak
dari karyawan yang lain.
c. Faktor
hubungan kerja. Hubungan yang baik antar karyawan ditemoat kerja adalah faktor
yang potensial sebagai penyebab terjadinya stres. Kecurigaan antar karyawan,
kurang komunikasi, ketidak nyamanan dalam melakukan pekrejaan merupakan
tanda-tanda adanya stres akibat kerja. Tuntutan tugas yang mengharuskan
seseorang tenaga kerja bekerja dalam tempat terisolasi, sehingga tidak dapat
berkomunikasi dengan karyawan lain (seperti operator lain, penjaga mercu suar,
dll), juga pembangkit terjadinya stress.
d. Faktor
pengembangan karier. Perasaan tidak aman dalam pekerjaan, posisi dan
pengembangan karier mempunyai dampak cukup penting sebagai penyebab terjadinya
stres. Faktor pengembangan karier yang dapat memicu stres adalah :
1) Tidak
pastinya pekerjaan seperti adanya reorgnisasi perusahaan dan mutasi pekerjaan
dan lain-lain
2) Promosi
berlebihan atau kurang : promosi yang terlalu cepat atau tidak sesuai dengan
kemampuan individu akan menyebabkan stres bagi yang bersangkutan atau
ssebaliknya bahwa seseorang merasa tidak pernah dipromosikan sesuai dengan
kemampuan juga menjadi penyebab stres.
e. Faktor
struktur organisasi dan suasana kerja. Penyebab stres yang berhubungan dengan strukur
organisasi dan suasana kerja biasanya berawal dari budaya organisasi dan model
manajemen yang dipergunakan. Beberapa faktor penyebab antara lain, kurangnya
pendekatan partisi patoris, konsultasi yang tidak efektif, kurangnya komunikasi
dan kebijaksanaan kantor. Selain it sering kali pemilihan dan penempatan
karyawan pada posisi yang tidak tepat juga dapat menyebabkan stres.
f. Faktor
diluar pekerjaan. Selain faktor diatas masih banyak faktor penyebab stres
akibat kerja lainnya. Faktor lain yang kemungkinan besar dapat menyebabkan
stres akibat kerja antara lain :
1. Ancaman
pemutusan hubungan kerja
2. Perubahan
politik nasional
3. Krisis
ekonomi nasional
Faktor-faktor
pada karyawan yang berdasarkan penelitian dapat menimbulkan stres dikelompokan
dalam lima kategori besar yaitu faktor-faktor intrinsik dalam pekerjaan, peran
dalam organisasi, pengembangan karir, hubungan dalam pekerjaan, serta struktur
dan iklim organisasi.
b. Terjadinya
Stres
Stres
mengakibatkan terangsangnya persyarafan simpatis. Rangsangan simpatis
mengakibatkan kelenjar adrenalin bereksitasi yang menyebabkan peningkatan
produksi hormone Chatecholamin (adrenanlin non adrenalin). Kedua hormon ini
dapat ditemukan dalam urine. Oleh karena itu kadar chothelamin dalam urine
dapat dijadikan sebagai pengukur tingkat stres.
Stres
terjadi 3 fase yaitu :
a. Fase
yang mengejutkan (alarm reaction)
b. Fase
perlawanan
c. Fase
keletihan
Fase
pertama, yaitu reaksi yang mengejutkan. Individu secara fisiologis merasakan
adanya ke tidak beresan seperti jantung berdegup kencang, keluar keringat
dingin, muka pucat, leher tegang, nadi bergerak cepat dan sebagainya. Fase ini
mudah dapat dikenali, fase ini merupakan tanda awal seseorang terkena stres.
Fase
kedua yaitu fase perlawanan. Tubuh membuat mekanisme perlawanan terhadap stres,
sebab pada tingkat tertentu, stress akan membahayakan tubuh. Tubuh dapat
mengalami difusi, bila stres dibiarkan berlaru-larut.
Fase
ketiga yaitu fase keletihan, dimana fase ini orang sudah tidak mampu melakukan
perlawanan. Akibat yang parah bila seseorang sampai pada fase ini adalah adanya
penyakit menyerang bagian-bagian tubuh yang lemah, misalnya; kalau jantung
lemah dapat terserang penyakit jantung koroner, kalau lambungnya lemah dapat
terkena mag atau bahkan tukak lambung, dan sebaginya.
Usia
adalah salah satu faktor yang penting, semakin tinggi usia semakin mudah
mengalami stres. Hal ini antara lain disebabkan oleh faktor fisiologid yang
telah mengalami kemunduran dalam berbagai kemampuan seperti kemampuan visual,
berfikir, mengingat, dan mendengar.
Pengalaman
kerja juga mempengaruhi munculnya stres kerja. Individu yang memiliki
pengalaman kerja lebih lama, cenderung lebih tahan terhadap tekanan-tekanan
dalam pekerjaan dari pada individu dengan sedikit tekanan. Faktor lain yang
mempengaruhi tingkat stres yaitu kondisi fisik, ada tidaknya hubungan sosial,
harga diri gaya hidup, dan tipe kepribadian tertentu. Secara umum reaksi-reaksi
seseorang terhadap stres dapat dikategorikan dalam tiga bentuk deviasi yaitu
deviasi fisiologis, psikologis dan prilaku.
Semua
stres pada dasarnya menimbulkan dampak. Stres yang merusak (distress) terjadi
bila stres itu sendiri dibiarkan langsung lama tanpa adanya solusi dan manusia
menjadi kelelahan karenanya. Dalam psikologis ada istilah psikopilis
paralelisme yaitu ada ketertarikan yang erat antara psikis dan fisik. Jika
seseorang mengalami stres maka aka terganggu keadaan fisik, emosi, pikiran dan
prilakunya. Dalam keadaaan stres karyawan akan merasa tegang, tak mampu
berpikir secara rasional, sehingga menjadi mudah marah, sedih dan cemas bahkan
depresi. Akibatnya tugas sehari-hari ridak dapat dikerjakan dengan baik dan
akan menghambat berfungsinya karyawan dalam kehidupan. Dengan banyaknya tekanan
terhadap fisik dan mental maka akan semakin mudah menjadi stres.
Gejala-gejala
stres :
a. Kenaikan
tensi (hipertensi)
b. Cepat
marah dan tersinggung
c. Gelisah
dan berubah selera
d. Nafsu
makan hilang atau bertambah secara tidak wajar
e. Banyak
mengonsumsi alcohol, rokok, kopi, dan gula
f. Tidak
bias berkonsentrasi penuh
c. Pengaruh
Stres Kerja
Secara
umum reaksi-reaksi seseorang terhadap stres dapat dikategorikan dalam bentuk deviasi
fisiologis, psikologis, dan perilaku.
Mathew
menjelaskan secara spesifik tentang reaksi stress akibat kerja yaitu :
a. Reaksi
psikologis, stress biasanya merupakan perasaan subjektif seseorang sebagai
bentuk kelelahan, kegelisahan, depresi (anxiety) dan depresi.
b. Respons
sosoial, setelah beberapa mengalami kegelisahan, depresi konflik dan stress ditempat kerja maka pengaruhnya akan
dibawa ke dalam lingkungan keluarga dan lingkungan sosial.
c. Respons
stress terhadap gangguan kesehatan atau reaksi fisiologis, bila tubuh mengalami
stress maka akan terjadi perubahan fisiologis sebagai jawaban atas terjadinya
stress.
d. Respons
individu, pengeruhnya sangat tergantung dari sifat dan kepribadian seseorang
dalam menghadapi stres individu dengan kepribadian introvert akan bereaksi
lebih negative dan menderita ketegangan yang lebih besar dibandingkan yang
berkepribadian eksrovert.
Pengaruh stress ditempat kerja menurut
model CartWright
1. Pengaruh
terhadap individu seseorang
a. Reakasi
emosional, dalam keadan stress tingkat emosi seseorang sangat tidak stabil
dimana sering kita lihat orang tersebut mudah marah, emosi yang tidak
terkontrol, curiga, ysng berlebihan, perasaan tidak aman dan lain – lain.
b. Reaksi
perubahan kebiasaan, dalam keadaan stress atau tertekan seseorang tanpa sadar
mencari pelarian dari permasalahan yang diterima yang terkadang mempengaruhi
kebiasaan seseorang.
c. Perubahan
fisiologis, dalam keadaan stress otot-otot kepala dan leher menjadi tegang yang
menyebabkan sakit kepala, susah tidur, gangguan fisiologis lainnya berupa
jantung, hipertensi , maag, ginjal, dan lain-lain.
2. Pengaruhanya
terhadap organisasi
Pengaruhnya berupa tingginya angka tidak
masuk kerja, turnover, hubungan kerja menjadi tegang dan rendahnya kualitas
karyawanan dan lain-lain.hal terpenting adalah kita dapat mengenali,mencegah,
mengola dan mengendalikan stress agar kita dapat berpenampilan dan berprestasi dengan baik
dalam setiap aktivitas yang kita lakukan.
d. Pengendalian
stress akibat kerja
Berbagai
factor penyebab stress merupakan bagian terintegrasi dalam kehidupan manusia
yang tidak dapat dihilangkan begitu saja.
NIOSH
memberikan rekomendasi tentang bagaimana cara untuk mengurangi atau meminimalisasi
stress akibat kerja sebagai berikut:
a. Beban
kerja baik fisik maupun mental harus disesuaikan dengan kemampuan atau
kapasitas kerja karyawan yang bersangkutan dengan menghindarkan adanya beban
berlebih maupun beban yang terlalu ringan.
b. Jam
kerja harus disesuaikan terhadap tuntutan tugas maupun tanggung jawab diluar
pekerjaan.
c. Setiap
karyawan harus memberikan kesempatan untuk mdengembangkan karier, mendapatkan
promosi dan pengembangan kemampuan keahlian.
d. Membentuk
lingkungan social yang sehat hubungan antar tenaga kerja yang satu dengan
tenaga kerja yang lain
e. Tugas-tugas
karyawan harus didesain untuk dpat menyediakan stimulasi dan kesempatan agar
karyawan dapat menggunakan keterampilannya.
Cara-cara untuk menghilangi stress
akibat kerja secara lebih spesifik yaitu :
a. Redesain
tugas tugas karyawan
b. Redesain
lingkungan kerja
c. Menerpakan
waktu kerja fleksibel
d. Menerapkan
manajemen prioritas
e. Melibatkan
karyawan dalam pengembangan karier
f. Menganalisis
peraturan kerja dan menerapkan tujuan (goals)
g. Mendukung
aktifitas social
h. Membangun
tim kerja
i. Menetapkan
kebijakan ketenaga kerjaan yang adil
Cara
lain yang bias digunakan untuk mengurangi stres akibat kerja, secara ringkas
langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mengurangi terjadinnya stress adalah
:
a. Menghilangkan
factor penyebab stress, khususnya berasal dan tasks, organisasi kerja dan
lingkungan kerja.
b. Memposisikan
karyawan pada posisi yang seharusnya (the right man on the right place).
c. Mengembangkan
struktur organisasi sesuai dengan kultur dan tradisi masyarakat karyawannya.
d. Menjamin
perasaan aman setiap karyawan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar