Selasa, 29 November 2016

SURVEI KONSUMSI TINGKAT INDIVIDU

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
            Survei diet atau penilaian konsumsi makanan adalah salah satu metode yang di­gunakan dalam penentuan status gizi perorangan atau kelompok. Pada awal tahun empat puluhan survei konsumsi, terutama metode Recall 24 Jam banyak digunakan dalam penelitian kesehatan dan gizi. Di Amerika serikat survei konsumsi makanan digunakan sebagai salah satu cara dalam penetuan status gizi (Willet, 1990). Di Indonesia, survei konsumsi sudah sering digunakan dalam penelitian di bidang gizi.
            Banyak pengalaman membuktikan bahwa dalam melakukan penilaian konsumsi makanan (survei dietetik) banyak terjadi bias tentang hasil yang diperoleh. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: ketidaksesuaian dalam menggunakan alat ukur, waktu pengumpulan data yang tidak tepat, instrumen tidak sesuai dengan tujuan, ketelitian alat timbang makanan, kemampuan petugas pengumpulan data, daya ingat responden, daftar komposisi makanan yang digunakan tidak sesuai dengan makanan yang dikonsumsi responden dan interpretasi hasil yang kurang tepat.
Oleh karena itu, diperlukan pemahaman yang baik tentang cara-cara melakukan survei konsumsi makanan, baik untuk individu, kelompok maupun rumah tangga. Walaupun data konsumsi makanan sering digunakan sebagai salah satu metode pe­nentuan status gizi, sebenarnya survei konsumsi tidak dapat menentukan status gizi seseorang atau masyarakat secara langsung. Hasil survei hanya dapat digunakan sebagai bukti awal akan kemungkinan terjadinya kekurangan gizi pada seseorang. Status gizi adalah merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara makanan yang masuk ke dalam tubuh(nutrient input) dengan kebutuhan tubuh (nutrient output) akan zat gizi tersebut.






1.2 Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan survey konsumsi dan tujuannya ?
2.      Metode apa saja yang di pakai dalam survey konsumsi tingkat individu ?
1.3 Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui pengertian dan tujuan survey konsumsi
2.      Untuk mengetahui metode-metode yang dipakai dalam survey konsumsi tingkat individu

























BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian  dan Tujuan Survei Konsumsi
2.1.1 Pengertian Survei Konsumsi
Survei   konsumsi   makanan   yaitu   mempelajari/menelaah   jumlah   makanan yang   dikonsumsi    masuk   kedalam   tubuh   dan   membandingkan   dengan   baku kecukupan,  sehingga diketahui kecukupan gizi yang dipenuhi. Survei konsumsi makanan bertujuan untuk mengetahui konsumsi makan seseorang atau kelompok orang baik secara  kualitatif   maupun secara kuantitatif.  Metode yang bersifat kualitatif untuk mengetahui konsumsi menurut jenis bahan makanan dan menggali informasi tentang kebiasaan makan serta cara-cara memperoleh bahan makanan tersebut.
2.1.2 Tujuan Survei Konsumsi
Tujuan Umum
Secara umum survei konsumsi makanan dimaksudkan untuk mengetahui kebiasaan makan dan gambaran tingkat kecukupan bahan makanan dan zat gizi pada tingkat kelompok, rumah tangga dan perorangan serta faktor-faktor yang berpengaruh ter­hadap konsumsi makanan tersebut.
Tujuan Khusus
Secara lebih khusus, survei konsumsi digunakan untuk berbagai macam tujuan antara lain:
1.      Menentukan tingkat kecukupan konsumsi pangan nasional dan kelompok masyarakat..
2.      Menentukan status kesehatan dan gizi keluarga dan individu.
3.      Menentukan pedoman kecukupan makanan dan program pengadaan pangan.
4.      Sebagai dasar perencanaan dan program pengembangan gizi.
5.      Sebagai sarana pendidikan gizi masyarakat, khususnya golongan yang berisiko tinggi mengalami kekurangan gizi.
6.      Menentukan perundang-undangan yang berkenaan dengan makanan, kesehatan dan gizi masyarakat.




2.2 Metode Survei Konsumsi Tingkat Individu atau Perorangan
Metode pengukuran konsumsi untuk individu, antara lain:

2.2.1  Metode Food Recall 24 Jam
Prinsip dari metode recall 24 jam, dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang la1u. Dalam metode ini, responden, ibu atau pengasuh (bila anak masih kecil) disuruh menceritakan semua yang dimakan dan diminum selama 24 jam yang lalu (kemarin). Biasanya dimulai sejak ia bangun pagi kemarin sampai dia istirahat tidur malam harinya, atau dapat juga dimulai dari waktu saat dilakukan wawancara mundur ke belakang sampai 24 jam penuh. Misalnya, petugas datang pada pukul 07.00 ke rumah responden, maka konsumsi yang ditanyakan adalah mulai pukul 07.00 (saat itu) dan mundur ke belakang sampai pukul 07.00, pagi hari sebelum­nya. Wawancara dilakukan oleh petugas yang sudah terlatih dengan menggunakan kuesioner terstruktur.
Hal penting yang perlu diketahui adalah bahwa dengan recall 24 jam data yang diperoleh cenderung lebih bersifat kualitatif. Oleh karena itu, untuk mendapatkan data kuantitatif, maka jumlah konsumsi makanan individu ditanyakan secara teliti dengan menggunakan alat URT (sendok, gelas, piring dan lain-lain) atau ukuran lainnya yang biasa dipergunakan sehari-hari. Apabila pengukuran hanya dilakukan 1 kali (1×24 jam), maka data yang di­peroleh kurang representatif untuk menggambarkan kebiasaan makanan individu.
Oleh karena itu, recall 24 jam sebaiknya dilalakukan berulang-ulang dan harinya tidak berturut-turut. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa minimal 2 kali recall 24 jam tanpa berturut-turut, dapat menghasilkan gambaran asupan zat gizi lebih optimal dan memberikan variasi yang lebih besar tentang intake.harian individu (Sanjur, 1997)

Langkah-langkah pelaksanaan recall 24 jam
Petugas atau pewawancara menanyakan kembali dan mencatat semua makanan dan minuman yang dikonsumsi responden dalam ukuran rumah tangga (URT)
selama kurun waktu 24 jam yang lalu. Dalam membantu responden mengingat apa yang dimakan, perlu diberi penjelasan waktu kegiatannya seperti waktu baru bangun, setelah sembahyang, pulang dari sekolah/bekerja, sesudah tidur siang dan sebagainya. Selain dari makanan utama, makanan kecil atau jajan juga dicatat. Termasuk makanan yang dimakan di luar rumah seperti di res­toran, di kantor, di rumah teman atau saudara. Untuk masyarakat perkotaan komsumsi tablet yang mengandung vitamin dan mineral juga dicatat serta adanya pemberian tablet besi atau kapsul vitamin A.
Petugas melakukan konversi dari URT ke dalam ukuran berat (gram). Dalam menaksir/memperkirakan ke dalam ukuran berat (gram) pewawancara menggunakan berbagai alat bantu seperti contoh ukuran rumah tangga (piring, gelas, sendok, dan lain-lain) atau model dari makanan (food model). Makanan yang dikonsumsi dapat dihitung dengan alat bantu ini atau dengan menimbang langsung contoh makanan yang akan dimakan berikut informasi tentang komposisi makanan jadi.
1.      Menganalisis bahan makanan ke dalam zat gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM).
2.      Membandingkan dengan Daftar Kecukupan Gizi yang Dianjurkan (DKGA) atau Angka Kecukupan Gizi (AKG) untuk Indonesia.
Agar wawancara berlangsung secara sistematis, perlu disiapkan kuesioner sebelumnya sehingga wawancara terarah menurut urut-urutan waktu dan pe­ngelompokan bahan makanan. Urutan waktu makan sehari dapat disusun berupa makan pagi, siang, malam dan snack serta makanan jajanan.
Pengelompokan bahan makanan dapat berupa makanan pokok, sumber pro­tein nabati, sumber protein hewani, sayuran, buah-buahan dan lain-lain. Contoh kuesionerrecall 24 jam dapat dilihat pada Lampiran .
Metode recall 24 jam ini mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan, sebagai berikut:
Kelebihan metode recall 24 jam:
1.      Mudah melaksanakannya serta tidak terlalu membebani responden.
2.      Biaya relatif murah, karena tidak memerlukan peralatan khusus dan tempat yang luas untuk wawancara.
3.      Cepat, sehingga dapat mencakup banyak responden.
4.      Dapat digunakan untuk responden yang buta huruf.
5.      Dapat memberikan gambaran nyata yang benar-benar dikonsumsi individu sehingga dapat dihitung intake zat gizi sehari.


Kekurangan metode recall 24 jam:
1.      Tidak dapat menggambarkan asupan makanan setiari hari, bila hanya dilakukanrecall satu hari.
2.      Ketepatannya sangat tergantung pada daya ingat responden. Oleh karena itu responden hams mempunyai daya ingat yang baik, sehingga metode ini tidak cocok dilakukan pada anak usia di bawah 7 tahun, orang tua berusia di atas 70 tahun dan orang yang hilang ingatan atau orang yang pelupa.
3.      The flat slope syndrome, yaitu kecenderungan bagi responden yang kurus untuk melaporkan konsumsinya lebih banyak (over estimate) dan bagi responden yang gemuk cenderung melaporkan lebih sedikit (under estimate).
4.      Membutuhkan tenaga atau petugas yang terlatih dan terampil dalam meng­gunakan alat-alat bantu URT dan ketepatan alat bantu yang dipakai menurut kebiasaan masyarakat. Pewawancara harus dilatih untuk dapat secara tepat menanyakan apa-apa yang dimakan oleh responden, dan mengenal cara-cara pengolahan makanan serta pola pangan daerah yang akan diteliti secara umum.
5.      Responden harus diberi motivasi dan penjelasan tentang tujuan dari penelitian. Untuk mendapat gambaran konsumsi makanan sehari-hari recalljangan di­lakukan pada saat panen, hari pasar, hari akhir pekan, pada saat melakukan upacara-upacara keagamaan, selamatan dan lain-lain.
Karena keberhasilan metode recall 24 jam ini sangat ditentukan oleh daya ingat responden dan kesungguhan serta kesabaran dari pewawancara, maka untuk dapat meningkatkan mutu data recall 24 jam dilakukan selama beberapa kali pada hari yang berbeda (tidak berturut-turut), tergantung dari variasi menu keluarga dari hari ke hari

2.2.2 Estimated Food Records
Metode ini disebut juga food records atau diary records, yang digunakan untuk mencatat jumlah yang dikonsumsi. Pada metode ini responden diminta untuk mencatat semua yang is makan dan minum setiap kali sebelum makan dalam Ukuran Rumah Tangga (URT) atau menimbang dalam ukuran berat (gram) dalam periode tertentu (2-4 hari berturut-turut), termasuk cara persiapan dan pengolahan makanan tersebut.

Langkah-langkah pelaksanaan food record:
1.      Responden mencatat makanan yang dikonsumsi dalam URT atau gram (nama masakan, cara persiapan dan pemasakan bahan makanan).
2.      Petugas memperkirakan/estimasi URT ke dalam ukuran berat (gram) untuk bahan makanan yang dikonsumsi tadi.
3.      Menganalisis bahan makanan ke dalam zat gizi dengan DKBM.
4.      Membandingkan dengan AKG.
Metode ini dapat memberikan informasi konsumsi yang mendekati sebenarnya (true intake) tentang jumlah energi dan zat gizi yang dikonsumsi oleh individu.

Kelebihan metode estimated food records:
1.      Metode ini relatif murah dan cepat.
2.      Dapat menjangkau sampel dalam jumlah besar.
3.      Dapat diketahui konsumsi zat gizi sehari.
4.      Hasilnya relatif lebih alcurat
Kekurangan metode estimated food records:
1.      Metode ini terlalu membebani responden, sehingga sering menyebabkan res­ponden merubah kebiasaan makanannya.
2.      Tidak cocok untuk responden yang buta huruf.
Sangat tergantung pada kejujuran dan kemampuan responden dalam mencatat dan memperkirakan jumlah konsumsi.

2.2.3 Penimbangan Makanan (food Weighing)             
Pada metode penimbangan makanan, responden atau petugas menimbang dan mencatat seluruh makanan yang dikonsumsi responden selama 1 hari.
Penimbangan makanan ini biasanya berlangsung beberapa hari tergantung dari tujuan, dana penelitian dan tenaga yang tersedia. Contoh kuesioner penimbangan makanan dapat dilihat pada Lampiran .


Langkah-langkah pelaksanaan penimbangan makanan:
1.      Petugas/responden menimbang dan mencatat bahan makanan/makanan yang dikonsumsi dalam gram.
2.      Jumlah bahan makanan yang dikonsumsi sehari, kemudian dianalisis dengan menggunakan DKBM atau DKGJ (Daftar Komposisi Gizi Jajanan).
3.      Membandingkan hasilnya dengan Kecukupan Gizi yang Dianjurkan (AKG). Perlu diperhatikan disini adalah, bila terdapat sisa makanan setelah makan maka perlu juga ditimbang sisa tersebut untuk mengetahui jumlah sesungguhnya ma­kanan yang dikonsumsi.

Kelebihan metode penimbangan:
1.      Data yang diperoleh lebih akurat/teliti.
Kekurangan metode penimbangan:
1.      Memerlukan waktu dan cukup mahal karena perlu peralatan.
2.      Bila penimbangan dilakukan dalam periode yang cukup lama, maka responden dapat merubah kebiasaan makan mereka.
3.      Tenaga pengumpul data harus terlatih dan trampil.
4.      Memerlukan kerjasama yang baik dengan responden.

2.2.4 Metode Riwayat Makan (Dietary History Method)
Metode ini bersifat kualitatif ‘carena memberikan gambaran pola konsumsi berda­sarkan pengamatan dalam w aktu yang cukup lama (bisa 1 minggu, 1 bulan, 1 tahun). Burke (1947) menyatakan bahwa metode ini terdiri dari tiga komponen, yaitu:
1.      Komponen pertama adalah wawancara (termasuk recall 24 jam), yang me­ngumgulkan data tentang apa saja yang dimakan responden selama 24 jam terakhir.
2.      Komponen kedua adalah tentang frekuensi penggunaan dari sejumlah bahan makanan dengan memberikan daftar (check list) yang sudah disiapkan, untuk mengecek kebenaran dari recall 24 jam.
3.      Komponen ketiga adalah pencatatan konsumsi selama 2-3 hari sebagai cek Wang

Langkah-langkah metode riwayat makan:
1.      Petugas menanyakan kepada responden tentang pola kebiasaan makannya.Variasi makan pada hari-hari khusus seperti hari libur, dalam keadaan sakit dansebagainya juga dicatat. Termasuk jenis makanan, frekuensi penggunaan, ukuran porsi dalam URT serta cara memasaknya (direbus, digoreng, dipang­gang dan sebagainya).
2.      Lakukan pengecekan terhadap data yang diperoleh dengan cara mengajukanpertanyaan untuk kebenaran data tersebut.
Hal yang perlu mendapat perhatian dalam pengumpulan data adalah keadaan musim-musim tertentu dan hari-hari istimewa seperti hari pasar, awal bulan, hari raya dan sebagainya. Gambaran konsumsi pada hari-hari tersebut hams dikumpul­kan.

Kelebihan metode riwayat makan:
1.      Dapat memberikan gambaran konsumsi pada periode yang panjang secara kualitatif dan kuantitatif.
2.      Biaya relatif murah.
3.      Dapat digunakan di klinik gizi untuk membantu mengatasi masalah kesehatan yang berhubungan dengan diet pasien.
kekurangan metode riwayat makan:
1.      Terlalu membebani pihak pengumpul data dan responden.
2.      Sangat sensitif dan membutuhkan pengumpul data yang sangat terlatih.
3.      Tidak cocok dipakai untuk survei-survei besar.

2.2.5 Metode Frekuensi Makanan (food frequency)
Metode frekuensi makanan adalah untuk memperoleh data tentang frekuensi konsumsi sejumlah bahan makanan atau makanan jadi selama periode tertentu seperti hari, minggu, bulan atau tahun. Selain itu dengan metode frekuensi makanan dapat memperoleh gambaran pola konsumsi bahan makanan secara kualitatif, tapi karena periode pengamatannya lebih lama dan dapat membedakan individu berdasarkan ranking tingkat konsumsi zat gizi, maka cara ini paling sering digunakan dalam penelitian epidemiologi gizi.

Langkah-langkah Metode frekuensi makanan:
Responden diminta untuk memberi tanda pada daftar makanan yang tersedia pada kuesioner mengenai frekuensi penggunaannya  dan ukuran porsinya.
Langkah-langkah Metode frekuensi makanan, Supariasa (2001):
1.      Responden diminta untuk memberi tanda pada daftar yang tersedia pada kuesioner mengenai frekuensi penggunaannya dan ukuran porsinya.
2.      Lakukan rekapitulasi tentang frekuensi penggunaan jenis-jenis bahan makanan terutama bahan makanan yang merupakan sumber-sumber zat gizi tertentu selama periode tertentu pula.

Kelebihan Metode Frekuensi Makanan (Food Frequency)
Menurut Supariasa (2001), Metode Frekuensi Makanan mempunyai beberapa kelebihan, antara lain:
1.      Relatif murah dan sederhana
2.      Dapat dilakukan sendiri oleh responden
3.      Tidak membutuhkan latihan khusus
4.      Dapat membantu untuk menjelaskan hubungan antara penyakit dan kebiasaan makan

Kekurangan Metode Frekuensi Makanan (Food Frequency)
Menurut Supariasa (2001), Metode Frekuensi Makanan juga mempunyai beberapa kekurangan, antara lain:
1.      Tidak dapat untuk menghitung intake zat gizi sehari
2.       Sulit mengembangkan kuesioner pengumpulan data
3.      Cukup menjemukan bagi pewawancara
4.      Perlu percobaan pendahuluan untuk menentukan jenis bahan makanan yang akan masuk dalam daftar kuesioner
5.      Responden harus jujur dan mempunyai motivasi tinggi.




BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
            Survei diet atau penilaian konsumsi makanan adalah salah satu metode yang di­gunakan dalam penentuan status gizi perorangan atau kelompok. Survei   konsumsi   makanan   yaitu   mempelajari/menelaah   jumlah   makanan yang   dikonsumsi    masuk   kedalam   tubuh   dan   membandingkan   dengan   baku kecukupan,  sehingga diketahui kecukupan gizi yang dipenuhi.
Metode survei konsumsi tingkat individu atau perorangan yaitu metode food recall 24 jam, Estimated food records, Penimbangan makanan (food weighing), Metode riwayat makan (dietary history method), Metode frekuensi makanan (food frequency).


DAFTAR PUSTAKA



Tidak ada komentar:

Posting Komentar