BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Survei diet atau penilaian konsumsi
makanan adalah salah satu metode yang digunakan dalam penentuan status gizi
perorangan atau kelompok. Pada awal tahun empat puluhan survei konsumsi,
terutama metode Recall 24 Jam banyak digunakan dalam
penelitian kesehatan dan gizi. Di Amerika serikat survei konsumsi makanan
digunakan sebagai salah satu cara dalam penetuan status gizi (Willet, 1990). Di
Indonesia, survei konsumsi sudah sering digunakan dalam penelitian di bidang gizi.
Banyak pengalaman membuktikan bahwa dalam melakukan
penilaian konsumsi makanan (survei dietetik) banyak terjadi bias tentang hasil
yang diperoleh. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
ketidaksesuaian dalam menggunakan alat ukur, waktu pengumpulan data yang tidak
tepat, instrumen tidak sesuai dengan tujuan, ketelitian alat timbang makanan,
kemampuan petugas pengumpulan data, daya ingat responden, daftar komposisi
makanan yang digunakan tidak sesuai dengan makanan yang dikonsumsi responden
dan interpretasi hasil yang kurang tepat.
Oleh karena itu,
diperlukan pemahaman yang baik tentang cara-cara melakukan survei konsumsi
makanan, baik untuk individu, kelompok maupun rumah tangga. Walaupun data
konsumsi makanan sering digunakan sebagai salah satu metode penentuan status
gizi, sebenarnya survei konsumsi tidak dapat menentukan status gizi seseorang
atau masyarakat secara langsung. Hasil survei hanya dapat digunakan sebagai
bukti awal akan kemungkinan terjadinya kekurangan gizi pada seseorang. Status
gizi adalah merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara makanan yang masuk
ke dalam tubuh(nutrient input) dengan kebutuhan tubuh (nutrient
output) akan zat gizi tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan survey konsumsi dan tujuannya ?
2. Metode
apa saja yang di pakai dalam survey konsumsi tingkat individu ?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk
mengetahui pengertian dan tujuan survey konsumsi
2. Untuk
mengetahui metode-metode yang dipakai dalam survey konsumsi tingkat individu
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian dan Tujuan Survei Konsumsi
2.1.1 Pengertian Survei Konsumsi
Survei konsumsi makanan
yaitu
mempelajari/menelaah
jumlah
makanan
yang dikonsumsi masuk kedalam tubuh dan membandingkan
dengan
baku
kecukupan, sehingga diketahui kecukupan
gizi yang dipenuhi. Survei konsumsi makanan bertujuan untuk mengetahui konsumsi
makan seseorang atau kelompok orang baik secara kualitatif maupun
secara kuantitatif. Metode yang bersifat
kualitatif untuk mengetahui konsumsi menurut jenis bahan makanan dan menggali informasi
tentang kebiasaan makan serta cara-cara memperoleh bahan makanan tersebut.
2.1.2
Tujuan Survei Konsumsi
Tujuan
Umum
Secara umum survei konsumsi makanan
dimaksudkan untuk mengetahui kebiasaan makan dan gambaran tingkat kecukupan
bahan makanan dan zat gizi pada tingkat kelompok, rumah tangga dan perorangan
serta faktor-faktor yang berpengaruh terhadap konsumsi makanan tersebut.
Tujuan
Khusus
Secara lebih khusus, survei konsumsi
digunakan untuk berbagai macam tujuan antara lain:
1. Menentukan tingkat kecukupan
konsumsi pangan nasional dan kelompok masyarakat..
2. Menentukan status kesehatan dan gizi
keluarga dan individu.
3. Menentukan pedoman kecukupan makanan
dan program pengadaan pangan.
4. Sebagai dasar perencanaan dan
program pengembangan gizi.
5. Sebagai sarana pendidikan gizi
masyarakat, khususnya golongan yang berisiko tinggi mengalami kekurangan gizi.
6. Menentukan perundang-undangan yang
berkenaan dengan makanan, kesehatan dan gizi masyarakat.
2.2
Metode Survei Konsumsi Tingkat Individu atau Perorangan
Metode pengukuran
konsumsi untuk individu, antara lain:
2.2.1 Metode Food Recall 24 Jam
Prinsip dari metode recall 24 jam, dilakukan dengan
mencatat jenis dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam
yang la1u. Dalam metode ini, responden, ibu atau pengasuh (bila anak masih
kecil) disuruh menceritakan semua yang dimakan dan diminum selama 24 jam yang
lalu (kemarin). Biasanya dimulai sejak ia bangun pagi kemarin sampai dia
istirahat tidur malam harinya, atau dapat juga dimulai dari waktu saat
dilakukan wawancara mundur ke belakang sampai 24 jam penuh. Misalnya, petugas
datang pada pukul 07.00 ke rumah responden, maka konsumsi yang ditanyakan
adalah mulai pukul 07.00 (saat itu) dan mundur ke belakang sampai pukul 07.00,
pagi hari sebelumnya. Wawancara dilakukan oleh petugas yang sudah terlatih
dengan menggunakan kuesioner terstruktur.
Hal penting yang perlu diketahui
adalah bahwa dengan recall 24 jam data yang diperoleh cenderung
lebih bersifat kualitatif. Oleh karena itu, untuk mendapatkan data kuantitatif,
maka jumlah konsumsi makanan individu ditanyakan secara teliti dengan
menggunakan alat URT (sendok, gelas, piring dan lain-lain) atau ukuran lainnya
yang biasa dipergunakan sehari-hari. Apabila pengukuran hanya dilakukan 1 kali
(1×24 jam), maka data yang diperoleh kurang representatif untuk menggambarkan
kebiasaan makanan individu.
Oleh karena itu, recall 24 jam sebaiknya dilalakukan
berulang-ulang dan harinya tidak berturut-turut. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa minimal 2 kali recall 24 jam tanpa berturut-turut,
dapat menghasilkan gambaran asupan zat gizi lebih optimal dan memberikan
variasi yang lebih besar tentang intake.harian individu (Sanjur,
1997)
Langkah-langkah pelaksanaan recall 24
jam
Petugas atau pewawancara menanyakan
kembali dan mencatat semua makanan dan minuman yang dikonsumsi responden dalam
ukuran rumah tangga (URT)
selama kurun waktu 24 jam yang lalu.
Dalam membantu responden mengingat apa yang dimakan, perlu diberi penjelasan
waktu kegiatannya seperti waktu baru bangun, setelah sembahyang, pulang dari
sekolah/bekerja, sesudah tidur siang dan sebagainya. Selain dari makanan utama,
makanan kecil atau jajan juga dicatat. Termasuk makanan yang dimakan di luar
rumah seperti di restoran, di kantor, di rumah teman atau saudara. Untuk
masyarakat perkotaan komsumsi tablet yang mengandung vitamin dan mineral juga
dicatat serta adanya pemberian tablet besi atau kapsul vitamin A.
Petugas melakukan konversi dari URT
ke dalam ukuran berat (gram). Dalam menaksir/memperkirakan ke dalam ukuran
berat (gram) pewawancara menggunakan berbagai alat bantu seperti contoh ukuran
rumah tangga (piring, gelas, sendok, dan lain-lain) atau model dari
makanan (food model). Makanan yang dikonsumsi dapat dihitung
dengan alat bantu ini atau dengan menimbang langsung contoh makanan yang akan
dimakan berikut informasi tentang komposisi makanan jadi.
1. Menganalisis bahan makanan ke dalam
zat gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM).
2. Membandingkan dengan Daftar
Kecukupan Gizi yang Dianjurkan (DKGA) atau Angka Kecukupan Gizi (AKG) untuk
Indonesia.
Agar wawancara berlangsung secara
sistematis, perlu disiapkan kuesioner sebelumnya sehingga wawancara terarah menurut
urut-urutan waktu dan pengelompokan bahan makanan. Urutan waktu makan sehari
dapat disusun berupa makan pagi, siang, malam dan snack serta makanan jajanan.
Pengelompokan bahan makanan dapat
berupa makanan pokok, sumber protein nabati, sumber protein hewani, sayuran,
buah-buahan dan lain-lain. Contoh kuesionerrecall 24 jam dapat
dilihat pada Lampiran .
Metode recall 24
jam ini mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan, sebagai berikut:
Kelebihan metode recall 24
jam:
1. Mudah melaksanakannya serta tidak
terlalu membebani responden.
2. Biaya relatif murah, karena tidak
memerlukan peralatan khusus dan tempat yang luas untuk wawancara.
3. Cepat, sehingga dapat mencakup
banyak responden.
4. Dapat digunakan untuk responden yang
buta huruf.
5. Dapat memberikan gambaran nyata yang
benar-benar dikonsumsi individu sehingga dapat dihitung intake zat gizi sehari.
Kekurangan metode recall 24
jam:
1. Tidak dapat menggambarkan asupan
makanan setiari hari, bila hanya dilakukanrecall satu hari.
2. Ketepatannya sangat tergantung pada
daya ingat responden. Oleh karena itu responden hams mempunyai daya ingat yang
baik, sehingga metode ini tidak cocok dilakukan pada anak usia di bawah 7
tahun, orang tua berusia di atas 70 tahun dan orang yang hilang ingatan atau
orang yang pelupa.
3. The flat slope syndrome, yaitu kecenderungan bagi responden
yang kurus untuk melaporkan konsumsinya lebih banyak (over
estimate) dan bagi responden yang gemuk cenderung melaporkan lebih
sedikit (under estimate).
4. Membutuhkan tenaga atau petugas yang
terlatih dan terampil dalam menggunakan alat-alat bantu URT dan ketepatan alat
bantu yang dipakai menurut kebiasaan masyarakat. Pewawancara harus dilatih
untuk dapat secara tepat menanyakan apa-apa yang dimakan oleh responden, dan
mengenal cara-cara pengolahan makanan serta pola pangan daerah yang akan
diteliti secara umum.
5. Responden harus diberi motivasi dan
penjelasan tentang tujuan dari penelitian. Untuk mendapat gambaran konsumsi
makanan sehari-hari recalljangan dilakukan pada saat panen, hari
pasar, hari akhir pekan, pada saat melakukan upacara-upacara keagamaan,
selamatan dan lain-lain.
Karena keberhasilan metode recall 24
jam ini sangat ditentukan oleh daya ingat responden dan kesungguhan serta
kesabaran dari pewawancara, maka untuk dapat meningkatkan mutu data recall 24
jam dilakukan selama beberapa kali pada hari yang berbeda (tidak
berturut-turut), tergantung dari variasi menu keluarga dari hari ke hari
2.2.2
Estimated Food Records
Metode ini disebut juga food
records atau diary records, yang digunakan untuk
mencatat jumlah yang dikonsumsi. Pada metode ini responden diminta untuk
mencatat semua yang is makan dan minum setiap kali sebelum makan dalam Ukuran
Rumah Tangga (URT) atau menimbang dalam ukuran berat (gram) dalam periode
tertentu (2-4 hari berturut-turut), termasuk cara persiapan dan pengolahan
makanan tersebut.
Langkah-langkah pelaksanaan food
record:
1. Responden mencatat makanan yang
dikonsumsi dalam URT atau gram (nama masakan, cara persiapan dan pemasakan
bahan makanan).
2. Petugas memperkirakan/estimasi URT
ke dalam ukuran berat (gram) untuk bahan makanan yang dikonsumsi tadi.
3. Menganalisis bahan makanan ke dalam
zat gizi dengan DKBM.
4. Membandingkan dengan AKG.
Metode ini dapat memberikan
informasi konsumsi yang mendekati sebenarnya (true intake) tentang jumlah
energi dan zat gizi yang dikonsumsi oleh individu.
Kelebihan metode estimated
food records:
1. Metode ini relatif murah dan cepat.
2. Dapat menjangkau sampel dalam jumlah
besar.
3. Dapat diketahui konsumsi zat gizi
sehari.
4. Hasilnya relatif lebih alcurat
Kekurangan metode estimated
food records:
1. Metode ini terlalu membebani
responden, sehingga sering menyebabkan responden merubah kebiasaan makanannya.
2. Tidak cocok untuk responden yang
buta huruf.
Sangat tergantung pada kejujuran dan
kemampuan responden dalam mencatat dan memperkirakan jumlah konsumsi.
2.2.3 Penimbangan Makanan (food Weighing)
Pada metode penimbangan makanan,
responden atau petugas menimbang dan mencatat seluruh makanan yang dikonsumsi
responden selama 1 hari.
Penimbangan makanan ini biasanya
berlangsung beberapa hari tergantung dari tujuan, dana penelitian dan tenaga
yang tersedia. Contoh kuesioner penimbangan makanan dapat dilihat pada Lampiran
.
Langkah-langkah pelaksanaan
penimbangan makanan:
1. Petugas/responden menimbang dan
mencatat bahan makanan/makanan yang dikonsumsi dalam gram.
2. Jumlah bahan makanan yang dikonsumsi
sehari, kemudian dianalisis dengan menggunakan DKBM atau DKGJ (Daftar Komposisi
Gizi Jajanan).
3. Membandingkan hasilnya dengan
Kecukupan Gizi yang Dianjurkan (AKG). Perlu diperhatikan disini adalah, bila
terdapat sisa makanan setelah makan maka perlu juga ditimbang sisa tersebut
untuk mengetahui jumlah sesungguhnya makanan yang dikonsumsi.
Kelebihan metode penimbangan:
1.
Data
yang diperoleh lebih akurat/teliti.
Kekurangan metode penimbangan:
1. Memerlukan waktu dan cukup mahal
karena perlu peralatan.
2. Bila penimbangan dilakukan dalam
periode yang cukup lama, maka responden dapat merubah kebiasaan makan mereka.
3. Tenaga pengumpul data harus terlatih
dan trampil.
4. Memerlukan kerjasama yang baik
dengan responden.
2.2.4 Metode Riwayat Makan (Dietary
History Method)
Metode ini bersifat kualitatif
‘carena memberikan gambaran pola konsumsi berdasarkan pengamatan dalam w aktu
yang cukup lama (bisa 1 minggu, 1 bulan, 1 tahun). Burke (1947) menyatakan
bahwa metode ini terdiri dari tiga komponen, yaitu:
1. Komponen pertama adalah wawancara
(termasuk recall 24 jam), yang mengumgulkan data tentang apa
saja yang dimakan responden selama 24 jam terakhir.
2. Komponen kedua adalah tentang
frekuensi penggunaan dari sejumlah bahan makanan dengan memberikan daftar (check
list) yang sudah disiapkan, untuk mengecek kebenaran dari recall 24
jam.
3. Komponen ketiga adalah pencatatan
konsumsi selama 2-3 hari sebagai cek Wang
Langkah-langkah metode
riwayat makan:
1. Petugas menanyakan kepada responden
tentang pola kebiasaan makannya.Variasi makan pada hari-hari khusus
seperti hari libur, dalam keadaan sakit dansebagainya juga dicatat.
Termasuk jenis makanan, frekuensi penggunaan, ukuran porsi dalam URT serta cara
memasaknya (direbus, digoreng, dipanggang dan sebagainya).
2. Lakukan pengecekan terhadap data
yang diperoleh dengan cara mengajukanpertanyaan untuk kebenaran data
tersebut.
Hal yang perlu mendapat perhatian
dalam pengumpulan data adalah keadaan musim-musim tertentu dan hari-hari
istimewa seperti hari pasar, awal bulan, hari raya dan sebagainya. Gambaran
konsumsi pada hari-hari tersebut hams dikumpulkan.
Kelebihan metode riwayat makan:
1. Dapat memberikan gambaran konsumsi
pada periode yang panjang secara kualitatif dan kuantitatif.
2. Biaya relatif murah.
3. Dapat digunakan di klinik gizi untuk
membantu mengatasi masalah kesehatan yang berhubungan dengan diet pasien.
kekurangan
metode riwayat makan:
1. Terlalu membebani pihak pengumpul data
dan responden.
2. Sangat sensitif dan membutuhkan
pengumpul data yang sangat terlatih.
3. Tidak cocok dipakai untuk
survei-survei besar.
2.2.5 Metode Frekuensi Makanan (food
frequency)
Metode frekuensi
makanan adalah untu–k memperoleh data tentang frekuensi konsumsi
sejumlah bahan makanan atau makanan jadi selama periode tertentu seperti hari,
minggu, bulan atau tahun. Selain itu dengan metode frekuensi makanan dapat
memperoleh gambaran pola konsumsi bahan makanan secara kualitatif, tapi karena
periode pengamatannya lebih lama dan dapat membedakan individu berdasarkan
ranking tingkat konsumsi zat gizi, maka cara ini paling sering digunakan dalam
penelitian epidemiologi gizi.
Langkah-langkah Metode frekuensi
makanan:
Responden diminta untuk memberi tanda
pada daftar makanan yang tersedia pada kuesioner mengenai frekuensi
penggunaannya dan ukuran porsinya.
Langkah-langkah Metode frekuensi
makanan, Supariasa (2001):
1.
Responden diminta untuk memberi tanda pada daftar yang
tersedia pada kuesioner mengenai frekuensi penggunaannya dan ukuran porsinya.
2.
Lakukan rekapitulasi tentang frekuensi penggunaan
jenis-jenis bahan makanan terutama bahan makanan yang merupakan sumber-sumber
zat gizi tertentu selama periode tertentu pula.
Kelebihan Metode Frekuensi Makanan (Food
Frequency)
Menurut Supariasa (2001), Metode
Frekuensi Makanan mempunyai beberapa kelebihan, antara lain:
1.
Relatif murah dan sederhana
2.
Dapat dilakukan sendiri oleh responden
3.
Tidak membutuhkan latihan khusus
4.
Dapat membantu untuk menjelaskan hubungan antara penyakit
dan kebiasaan makan
Kekurangan Metode Frekuensi Makanan (Food
Frequency)
Menurut Supariasa (2001), Metode
Frekuensi Makanan juga mempunyai beberapa kekurangan, antara lain:
1.
Tidak dapat untuk menghitung intake zat gizi sehari
2.
Sulit
mengembangkan kuesioner pengumpulan data
3.
Cukup menjemukan bagi pewawancara
4.
Perlu percobaan pendahuluan untuk menentukan jenis
bahan makanan yang akan masuk dalam daftar kuesioner
5.
Responden harus jujur dan mempunyai motivasi tinggi.
BAB
III
PENUTUP
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Survei diet atau penilaian konsumsi
makanan adalah salah satu metode yang digunakan dalam penentuan status gizi
perorangan atau kelompok. Survei
konsumsi
makanan
yaitu
mempelajari/menelaah
jumlah
makanan
yang dikonsumsi masuk kedalam
tubuh
dan
membandingkan
dengan
baku
kecukupan, sehingga diketahui kecukupan
gizi yang dipenuhi.
Metode
survei konsumsi tingkat individu atau perorangan yaitu metode food recall 24 jam, Estimated food records, Penimbangan makanan (food weighing),
Metode riwayat makan (dietary history method), Metode frekuensi makanan (food
frequency).
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar